Kajian
: Tafsir Surat Al-Ashr
Ust.
Cecep, Lc
Kamis,
28 November 2013
Selasar
Masjid UI
FKI
UI
Surah
ke 103
“Demi
masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al-Asr:1-3)
·
Manusia
berada dalam kerugian, Allah telah bersumpah atas nama waktu “Demi masa”
- Tanpa
waktu yang kita miliki kita tidak bias berbuat apa-apa.
- Waktu
merupakan taufik dari Allah
- Setiap
orang diberi waktu sama yaitu 24 jam namun banyak orang yang tidak menggunakan
waktunya untuk mempelajari ilmu syar’I
·
Rugi
ada dua macam :
- Rugi
mutlak yaitu rugi dunia dan akhirat. Siapa? Yaitu orang-orang kafir.
- Rugi
sebagian yaitu menunjukan sudah sejauh mana ia taat/takwa kepada Allah, kalo
masih sedikit ya rugi.
·
Allah
menjelaskan pengecualian orang-orang yang tidak rugi yaitu pada ayat ke tiga
surat ini, yaitu orang-orang yang beriman, beramal sholeh, nasehat menasihati
Beriman
- Maksudnya?
Dalam pengertian Ahlus Sunnah Wal Jamaah yakni meyakini dengan hati,
mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. Bertambah dengan
ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan
- Tiga
hal tersebut harus dipenuhi. Yaitu, meyakini, mengucapkan dan mengamalkan
- Sekarang,
apa yang harus diyakini, diucapkan dan diamalkan?? Orang-orang beriman harus
tau, oleh karena itu kita harus belajara.
- Tidak
mungkin orang beriman tanpa ilmu.
- Ilmu,
amal, dakwah, sabar merupakan hal yang wajib bagi seorang muslim
- Orang
yang tidak berilmu tidak tau cara beriman, mengucapkan dan beramal
- Jadi
apa yang diyakini? Yaitu rukun iman yaitu rukun yang harus diyakini. Selain
rukun iman apa lagi yang harus diyakini? Yakni apa-apa yang ada di Al-Quran dan
Hadits.
- Menuntut
limu hukumnya wajib bagi setiap muslim, kalau tidak maka berdosa.
- Kalau
iman kepada takdir bagaimana? Ada berapa tingkatan takdir?
- Tingkatan
takdir ada 4 yaitu :
§
Al-Ilmu
yaitu mengetahui . Maksudnya, Allah
sudah tau apa yang telah terjadi, sedang terjadi dan yang akan terjadi.
§
Al-kitaabah
yaitu menulis. Maksudnya, Allah telah menuliskan segala sesuatu dari awal
sampai akhir di Lauhful Mahfuz. Dalilnya di surah Al-Hadid ayat 22.
“tidak ada suatu
bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan
telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
§
Al-Masyi’ah
yaitu kehendak. Maksudnya, ada yang dikehendaki miskin ada yang dikehendaki
kaya, semua sudah diatur.
§
Al-kholku
yakni pencipta. Maksudnya, Allah menciptakan segala sesuatu.
o
Cara
menerima takdir :
§
Tidak
sombong ketika mendapatkan nikmat karena itu sudah ditakdirkan
§
Tidak
bersedih hati ketika mendapat ujian. Jangan bertanya ‘ kenapa Allah menguji
saya?’ . Allah menguji untuk membuktikan apakah benar kita beriman atau tidak.
Karena tidak dikatakan mereka beriman bila mereka tidak di uji.
o
Keyakinan,
ucapan, amalan harus didasari oleh ilmu syar’I yang tepat sesua dengan Al-Quran
dan Sunnah.
o
Demikian
juga beriman kepada malaikat, rasul, kitab, dll butuh penjelasan rinci dan
hanya dapat dicari dengan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu syar’I agar
mencapai keimanan yang sempurna.
o
Kesimpulan
: agar terhindar dari kerugian maka kita harus beriman, iman dicapai dengan
menuntut ilmu maka kita harus bersungguh-sungguh mencari ilmu syar’i.
2.
Beramal sholeh
Ada 2 syarat berama
sholeh.
1.
Ikhlas
maksudnya untuk apa dia berbuat atau melakukan sesuatu yang baik? Jadi kembali
ke tujuan. Kalau ikhlas maka ia telah beramal shaleh. Ikhlas semata-mata
mencari Ridho Allah.
2.
I’tiba
(sesuai dengan tuntunan Rasul) hal ini tidak mungkin diketahui tanpa belajar.
Dari mana kita tahu amal kita sudah mengikuti Rasulullah atau belum kalau tidak
pernah belajar?
o
Maka
amal soleh pun akan didapat jika kita belajar ilmu syari.
o
Amalan
sholeh mencakup lahir dan batin yang berhubungan dengan hak Allah dan hak
hamba.
o
Amal
soleh yang berhubungan dengan hak Allah yaitu mentauhidkan Allah. Hak Allah
yang paling besar adalah tauhid. Selain itu kita beribadah dan tidak melakukan
syirik.
3.
Saling berwasiat dengan
kebenaran.
o
Saling
menasihati, saling memberi dorongan kepada orang lain agar beriman dan beramal
soleh inilah yang disebut dakwah.
o
Maka
dakwah itu wajib, bukan hanya untuk para ustadz dan dai, tapi untuk semua kita.
o
Kalau
tidak mau dakwah ya rugi.
o
Ilmu
bukan hanya untuk kita tapi untuk dibagikan kepada orang lain dengan dakwah.
Bisa melalui jejaring social.
o
Namun
saat berdakwah harus dengan ilmu. Kalau sudah tau ilmunya segera dakwahkan.
o
Rasulullah
bersabda, sampaikan lah darimu walau hanya satu ayat.
o
Kebenaran
wajib disampaikan kepada orang lain mulai dari keluarga orang terdekat dan
seterusnya dan seterusnya.
o
Berdakwah
yaitu menyampaikan kebenaran walau kita belum bias mengamalkan, walau kita
belum sempurna.
o
Kata
Hasan Al-Basri “ wahai manusia, aku berbicara disini bukan berarti aku lebih
baik dari kalian, bukan berarti aku tidak punya salah dan dosa. Kalau menunggu
orang sempurna dulu baru berdakwah maka tidak akan ada pendakwah”. Tidak aka
nada yang menyampaikan kebenaran jika manusia harus sempurna dahulu karena
manusia tempatnya salah.
o
Menasihati
beda dengan menjelek-jelekan.
o
Kalau
menjelek-jelekan yaitu menasihati didepa orang lain yang ornag tersebut tidak
suka dinasihati didepan orang lain.
o
Nasihat
dari ustadz : ikhwan tidak boleh member nasihat pada akhwat melalui
sms/telpon/dll karena bias menimbulkan fitnah. Jangan sampai niat baik
menasihati justru menjadi awal
kebinasaan. Kalau mau menasihati tunjukan pada orang yang kenal dengan lawan
jenis tsb.
4.
Mewasiatkan dalam
kesabaran
o
Kapan
kita bersabar?
§
Sabar
ketika menjalankan ketaatan kepada Allah. Misal sabar diperintahkan shalat,
berjilbab dll karena pada dasarnya manusia itu malas dan ingin ketenangan maka
kita harus melawannya dengan sabar.
§
Sabar
dalam menjauhi maksiat. Karena pada dasarnya manusia suka bersenang-senang
seperti pacaran.
§
Bagaimana
bisa sabar? Yakin bahwa Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang
bersabar.
§
Orang
yang tidak sabar maka ia berpacaran. Bagaimana bisa sabar? Yakin Allah telah
menjanjikan balasan hal yang serupa namun halal yaitu pernikahan. Bagi orang
yang tidak sabar maka Allah akan menghilangkan kenikmatan ketika halal. Allah
menghilangkan kebahagian mereka, dilihat dari banyaknya perceraian orang-orang
yang telah bertahun-tahun pacaran.
o
Barang
siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah maka Allah akan menggantinya
dengan sesuatu yang lebih baik.
Kesimpulan
Bahwasannya
manusia itu rugi kecuali mereka yang mempunyai 4 pilar yaitu: beriman, beramal
sholeh, menasihati dalam kebenaran dan menasihati dalam kesabaran.
Orang
yang tidak rugi adalah orang yang menyempurnakan iman dan amal soleh dan
menyempurnakan orang lain dengan menasihati dan sabar.
Pertanyaan
Bagaimana
mengatur waktu kuliah, menghafal Al-Quran dan menuntut ilmu syar’i?
Jawab:
Waktu
ada yang berkah dan ada yangtidak berkah. Waktu yang berkah berarti kita bisa
membagi waktu kuliah, menghafal dan menuntut ilmu syari dan yang harus
dilakukan adalah meminta keberkahan waktu kepada Allah.
Waktu
itu seperti pedang kalau tidak bisa mengatur kita bisa terbunuh.
Nasihat
:
Hafalan
Gunakan
waktu untuk menghafal 1 atau 2 jam (habis subuh)
· Rutinkan
tiap hari 1 jam
· Cari
guru atau teman senior yang lebih banyak hafalannya untu menyetor hafalan.
·
Menyetor
hafalan itu penting agar termotivasi lebih kuat.
·
Cari
teman yang semangat hafalannya juga tinggi.
·
Lihat
kekuatan menghafal.
·
Rutinkan
hafalan tiap hari 1 jam, lihat dapat berapa baris. 2 baris kah atau berapa.
· Cek
dalam 1 jam mampu menghafal ¼ halaman, lalu rutinkan, tiada hari tanpa
menghafal ¼ halaman.
·
Tidak
tidur kecuali tertidur
·
Jika
tidak ingin tidur maka membaca buku.
·
Untuk
menuntut ilmu syari maka datanglah ke kajian-kajian, kalau tidak bisa hadir
minta direkamkan pada teman.
·
Beli
buku yang bermanfaat]