Tentang switching niat dalam shalat (taghyir niat)
Pembahasan ini menarik, karena bagi saya ini ilmu baru. Berada diakhir-akhir kajian kitab Bidayatul Mutafaqqih barusan.
Dibahas saat pembahasan syarat sah shalat ke-sembilan yakni niat, kemudian ustadz menyinggung masalah switching niat yang terjadi di dalam shalat. Berikut rinciannya:
1. Switching niat dari shalat fardhu ke sunnah maka ini hukumnya boleh dengan adanya syarat: masih adanya waktu untuk melakukan shalat fardhunya dan matching jumlah rakaatnya. Contoh: ketika kita sedang melakukan shalat fardhu subuh, kemudian dalam keadaan shalat tersebut kita mengganti niat menjadi shalat sunnah fajar maka hal itu boleh dengan syarat masih ada waktu untuk melaksanakan shalat subuhnya dan dari segi rakaat jumlahnya sama.
2. Switching niat dari shalat fardhu ke fardhu yang lainnya maka ini hukumnya tidak boleh. Contohnya: ketika sedang safar dan ingin meng-qosor shalat dzuhur dengan ashar masing-masing 2 rakaat – 2 rakaat dengan niat melakukan shalat dzuhur terlebih dahulu kemudian ditengah shalat ingin mengganti niat menjadi shalat ashar dahulu, maka ini tidak boleh.
3. Switching niat dari sunnah ke fardhu bagaimana? Dari fardhu ke fardu aja ngga boleh, apalagi dari sunnah ke fardhu
4. Switching niat dari shalat sunnah ke shalat sunnah lainnya bagaimana? Disini ada rinciannya lagi. Shalat sunnah itu ada dua:
- Shalat sunnah mutlaq : shalat sunnah yang tidak tergantung tempat dan waktu tertentu.
- Shalat sunnah muqayyad/mu'ayyan : shalat sunnah yang terkait waktu dan tempat tertentu. contohnya: shalat tahiyatul masjid.
- Shalat sunnah mutlaq : shalat sunnah yang tidak tergantung tempat dan waktu tertentu.
- Shalat sunnah muqayyad/mu'ayyan : shalat sunnah yang terkait waktu dan tempat tertentu. contohnya: shalat tahiyatul masjid.
Sekarang kasusnya:
1. Bagaimana switching niat dari shalat sunnah muqayyad ke shalat sunnah mutlaq? Misal: ada seseorang datang ke masjid kemudian melaksanakan shalat qobliyah dzuhur 4 rakaat dengan 1 salam, kemudian saat shalat ia merasa bahwa akan segera iqamah, maka ia mengganti niat shalatnya menjadi hanya shalat mutlaq 2 rakaat maka ini boleh, kata para ulama ini untuk memperingan.
1. Bagaimana switching niat dari shalat sunnah muqayyad ke shalat sunnah mutlaq? Misal: ada seseorang datang ke masjid kemudian melaksanakan shalat qobliyah dzuhur 4 rakaat dengan 1 salam, kemudian saat shalat ia merasa bahwa akan segera iqamah, maka ia mengganti niat shalatnya menjadi hanya shalat mutlaq 2 rakaat maka ini boleh, kata para ulama ini untuk memperingan.
2. Bagaimana switching niat dari shalat sunnah muqayyad ke shalat sunnah muqayyad lainnya? Tidak boleh.
Namun, menjamak niat shalat sunnah muqayyad maka ini boleh asalkan niatnya di luar keadaan shalat. Tidak di dalam keadaan shalat. Jadi, seseorang boleh meniatkan misalnya shalat syuruq dengan shalat dhuha atau meniatkan shalat tahiyatul masjid sekaligus shalat sunnah qabliyah sekaligus shalat sunnah wudhu. Maka menjamak niat ini boleh asal dilakukannya tidak di dalam keadaan shalat.
Namun, menjamak niat shalat sunnah muqayyad maka ini boleh asalkan niatnya di luar keadaan shalat. Tidak di dalam keadaan shalat. Jadi, seseorang boleh meniatkan misalnya shalat syuruq dengan shalat dhuha atau meniatkan shalat tahiyatul masjid sekaligus shalat sunnah qabliyah sekaligus shalat sunnah wudhu. Maka menjamak niat ini boleh asal dilakukannya tidak di dalam keadaan shalat.
3. Bagaimana switching niat dari shalat sunnah mutlaq ke muqayyad? Tidak boleh.
jadi intinya:
- nafl muqayyad/muayyan ke nafl muthlaq: boleh
- nafl muqayyad ke nafl muqayyad: ga boleh
- nafl muthlaq ke nafl muqayyad: ga boleh
*nafl = sunnah
- nafl muqayyad/muayyan ke nafl muthlaq: boleh
- nafl muqayyad ke nafl muqayyad: ga boleh
- nafl muthlaq ke nafl muqayyad: ga boleh
*nafl = sunnah
Faedah: bedakan jamak niat dengan taghyir niat. Kalau jamak niat, harus sebelum shalat, kalau taghyir niat, bisa dilakukan di dalam shalat di beberapa kasus minor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar