Minggu, 20 September 2015

Keutamaan Dzikir

Sambungan Do'a Senjata Orang Mukmin [1]

nah kalau sebelumnya kita sudah bahas Keutamaan Doa sekarang kita lanjut materi kajiannya yah, sekarang bahas Keutamaan Dzikir.

KEUTAMAAN DZIKIR

Sahabat, hendaknya kita berdzikir setiap waktu, misal saat dikendaraan mau kemana gitu, saat duduk, saat tidur-tiduran, hendaknya lisan kita ini basah dengan berdzikir kepada Allah, tentunya dengan dzikir yang di syariatkan dalam islam yah dan ada contohnya dari Rasulullah..
 Lalu dalam berdzikir hendaknya tidak beramai-ramai dan tidak berjama'ah dzikirnya. Berdasarkan hadits berikut, Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: 

  1. Pemimpin yang adil.
  2. Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya.
  3. Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid. 
  4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah.
  5. Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’.
  6. Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya. 
  7. Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.” 
(HR. Al-Bukhari no. 620 dan Muslim no. 1712)

Berdzikir bebas kapan saja saat sedang diperjalanan dengan dzikir subhanallah, alhamdulillah laa hawla wa laa quwwata illa billah dzikir ini bebas kapan saja dan berapa saja. Saat lisan berdzikir hendaknya hati kita ingat kepada Allah jangan jadi orang yang lalai. Dan hendaknya kita dalam berdzikir itu dengan suara yang lirih dan pelan jangan dikeraskan, kecuali yang ada nashnya misal adzan dan iqomah. seperti firman Allah dalam surat al-'Araf ayat 205

Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah. (al-'Araf ayat 205)

(belum selesai)


Jumat, 18 September 2015

Mengapa Semangat Ngaji?




Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberi kesempatan dan nikmat yang tak terhitung hingga akhirnya aku bisa menuliskan tulisan ini insya Allah. Tentunya aku menulis ini atas kehendak-Nya yang semoga bisa bermanfaat bagi teman-teman, terutama beberapa akhwaat yang meminta nasihat mengenai bagaimana agar bisa bersemangat menuntut ilmu syar’i ditengah kesibukannya sebagai mahasiswi di kampus sekuler. Aku senang ketika ada beberapa saudariku meminta nasihat artinya mereka masih peduli dengan urgensi mempelajari ilmu syar'i ditengah kefuturannya mungkin dan takut kehilangan semangat itu.

Dan tentunya nasihat ini terutama sekali ditujukan untuk aku yang menulisnya. Nasihat ini aku ambil berdasarkan pengalaman pribadi dan motivasi pribadi. 

Semoga Allah senantiasa menjaga keikhlasan niat penulis dan melindungi penulis dari sifat ujub dan riya. Aamiin 

Saudariku yang dirahmati oleh Allah, mengapa aku bersemangat menuntut ilmu syar’i?

Yang pertama adalah semua karena Allah, aku mengharap wajah-Nya, aku mengharap pertemuan dengan-Nya, aku mengharap surga-Nya, aku mengharap berkumpul dengan para kekasih-Nya semua itu tidak akan aku dapatkan tanpa ilmu, itu alasan global kenapa aku semangat menuntut ilmu.
Karena dengan belajar ilmu syar'i itu aku jadi tahu mana halal mana haram, apa yang Allah perintahkan dan apa yang Allah larang, mana hal yang dapat memasukanku ke Surga dan mana hal dapat memasukanku ke Neraka.

Keutamaan-keutamaan menuntut ilmu dan keutamaan berada di majelis ilmu juga menjadi salah satu motivasi terbesarku.

Kira-kira globalnya seperti itu dan sebenarnya masih banyak banyak lagi sebab lain.

Alasan-alasan yang penulis sebutkan diatas itu memang masih kurang spesifik dan masih bersifat terlalu umum ya, karena pointnya disini adalah "bagaimana kita sebagai mahasiswi non-syariah bisa istiqomah belajar ilmu syariah ditengah kampus yang sekuler”. Aku paham betul dunia kampus non-syariah sayangku, bagaimana kegiatan di dalamnya, bagaimana pergaulan didalamnya dan lain-lain

Baikalah, izinkan penulis sedikit bercerita. Dahulu kala..
Dulu saat aku masih belum hijrah dan masih belum mengenal sunnah segala kegiatan di kampus aku ikuti semua, mulai dari organisasi dan banyak kepanitiaan. Dulu saat masih menjadi maba (mahasiswa baru) selalu diiming-imingi begini:  kalau ikut banyak organisasi dan kepanitiaan nanti akan banyak punya relasi, punya banyak link, gampang cari kerja, kenal banyak orang, dikenal orang, dan lain-lain. Jujur aku tergiur karena aku kuliah kan supaya nanti bisa kerja. Dan memang benar sih dengan organisasi itu softskill kita makin terasah, jadi banyak relasi, banyak teman, banyak link, banyak pengalaman dan lain-lain. 

Nah semenjak hijrah walau belum mengenal sunnah waktu itu kira-kira semester dua aku masih asyik dengan kegiatanku sebelumnya, yakni: organisasi dan kepanitaan.  Tapi semenjak itu aku juga pelan-pelan belajar Islam (walau belum mengenal sunnah) dan akhirnya aku mulai banyak berfikir jadinya. 

Misal: dalam kepanitiaan dan organisasi itu kadang shalat suka dilalaikan dan memang aku jadi lalai, shalatnya jadi tidak tepat waktu habis adzan kemudian bisa shalat. Pernah waktu itu gara-gara evaluasi kepanitiaan yang nyerempet magrib aku gak bisa izin shalat akhirnya shalatnya jam setengah tujuh, saat itu mulai risih dan jadi kurang nyaman berada disuatu kepanitiaan.

Nah semenjak hijrah, seperti yang dirasakan oleh kawan-kawan kita juga, semangat menuntut ilmu jadi semakin tinggi karena dulu aku berfikir:
“Ya Allah banyak banget yang aku gak tahu tentang agama ini”
“Ya Allah aku orang Islam tapi tentang ini aja aku gak tahu”
Aku membatin kala itu memikirkan hal ini.
Jadi pas awal hijrah itu aku semangat menuntut ilmu lebih karena sering ‘ketampar’.

Sebagai contoh: waktu itu sedang ada kajian tentang shalat; disitu aku sadar bahwa shalatku masih banyak yang salah, rasanya seperti tertampar, dalam hati membatin “ya Allah 18 tahun hidup tapi shalat aja masih salah” (emoticon sedih banget) agak miris waktu itu. Ibrohnya jadi ingin lebih mempelajari tentang shalat karena aku sadar waktu itu bahwa shalat adalah salah satu pokok agama ini, masa aku shalatnya banyak salah dan pada akhirnya seiring berjalannya waktu aku semakin belajar jadinya dan semakin tahu..

Nah dari semakin belajar itu aku jadi semakin tahu tentang hukum ini itu, akhirnya perlahan mulai menarik diri dari dunia organisasi dan kepanitiaan pelan-pelan, kenapa? Aku jadi berfikir begini: memang dari ikutan kegiatan tersebut banyak manfaat yang aku dapatkan seperti yang aku sebutkan diatas tapi itu dari sisi keduniaan saja. Ya.. manfaat yang aku dapatkan dari sisi keduniaan saja. Kemudian aku berfikir.. hem dalam kepanitiaan shalatku jadi lalai, campur baur laki-laki dan perempuan itu begitu kental walau sudah jaga batasan tetap kan yang namanya satu tim sama laki-laki tetap aja ikhtilat tidak bisa dihindari, lalu pulang malam, waktu jadi lebih banyak buat organisasi dan kepanitiaan daripada buat membaca/belajar dan lebih-lebih waktu jadi tersita oleh kegiatan tersebut daripada untuk datang ke majelis ilmu, disitu berfikir: keutamaan mendatangi majelis ilmu itu begitu besar; didoakan ampunan, dinaungi malaikat, diangakat derajat dan lain-lain daripada mengurus kepanitiaan yang di dalamnya terdapat ikhtilat, melalaikan dari ibadah, kadang nyanyi-nyanyi, sorak sorai laki-laki perempuan, haha hihi bareng, intinya banyak batasan syariat yang dilanggar. Dan pada akhirnya aku meninggalkan benar-benar organisasi dan kepanitiaan secara perlahan karena menimbang hal diatas, dan tentunya sebagai manusia yang dikaruniakan akal untuk berfikir aku memilih apa yang lebih Allah ridhai dan lebih selamat untuk urusan dunia dan akhiratku.

Keputusan ini aku ambil bulat-bulat dan sudah kupikirkan matang-matang dan aku sadar akan banyak yang bertanya-tanya dan berpikir tentangku yang tidak-tidak. Karena tadinya aku adalah seorang aktifis kampus banget segala kegiatan aku ikuti, teman-teman mengenalku sebagai seorang yang semangat berorganisasi dan kepanitiaan dan kini aku menjadi "kupu-kupu" kuliah pulang kuliah pulang (emoticon senyum). Benar aja, agak sulit sebenarnya untuk bisa lepas sepenuhnya, karena banyak tawaran manjadi ini itu dan menempati posisi ini itu dari sisi organisasi dan kepanitian, tapi aku mulai mengurangi frekuensi kegiatan kampus dan pelan-pelan menolak. Saat itu aku masih terus belajar dan Alhamdulillah Allah karuniakan nikmat mengenal sunnah. 
Hingga akhirnya aku lebih mencintai mendatangi majelis ilmu daripada mengikuti kegiatan kampus.
Dari situ aku focus belajar Islam sebagai ganti mengejar ketertinggalanku selama ini. Semakin belajar semakin aku jatuh cinta pada Islam. Karena aku telah tersadar betapa Islam begitu sempurna. Ya Allah aku gak bisa ungkapin lagi tentang hal ini. Demi Allah aku begitu mencintai Islam…….. :’)

Sampai akhirnya aku menemukan sesuatu yang selama ini hilang. Ya, rasa cinta pada Rabb-ku itu, aku menemukannya setelah aku hijrah. Dan karena rasa cinta itu rasa semangat untuk dapat mengenalNya lebih dekat tumbuh subur didalam hati.

Aku lebih senang mendatangi majelis ilmu, mengkaji kalam-Nya, mempelajari syariat-Nya, mengenal-Nya lebih dekat.. Demi Allah hal ini menentramkan jiwaku, demi Allah aku merasakan ketenangan di majelis ilmu, ketenangan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Terlebih jika ketika datang ke majelis ilmu dengan keadaan tidak mengetahui (tidak berilmu), kemudian setelah pulang menjadi mengetahui (berilmu). Bagaimana tidak, di majelis ilmu kita dinaungi malaikat dan malaikat-malaikat tersebut dan makhluk-makhluk Allah mendoakan ampunan :’) rasa nyaman ini membuatku semakin bersemangat menuntut ilmu.

Dan sebenarnya dalam masa "pelan-pelan” meninggalkan kegiatan kampus aku tidak langsung menghilang begitu saja, pertama aku mengurangi frekuensi mengikuti kegiatan dan memilih kegiatan yang hanya berbau dakwah; aku ikut organisasi yang berbau lembaga dakwah saja. Dan setelah masa kepengurusan selesai aku benar-benar berlepas diri dari segala kegiatan kampus dan benar-benar hanya berfokus pada “kuliah-ngaji” dan ketika ditawari teman untuk mengikuti kepanitaian atau organisasi aku hanya jawab dengan:

“Maaf ya, aku udah berlepas diri dari dari organisasi dan kepanitiaan, aku mau fokus ngaji”

Ya aku jawab gitu aja, sejujur-jujurnya karena aku pikir mereka juga pasti mengerti dengan pilihaku ini. Setiap orangkan punya pilihan dan prinsip hidup masing-masing dan aku berhak ngomong gitu.

"Gak apa-apa dibilang gak asyik lagi, yang penting kita mengikuti apa yang diajari Nabi kita" (ini kata bang Andy Oktavain Latif -kurang lebih begitu kalimatnya-). Dan berada di track yang benar sesuai dengan yang agama kita ajarkan. Namun tetap aku berakhlak baik ke mereka tidak menjadi eksklusif dan tetap membaur Alhamdulillah. Perlahan mereka mengerti prinsip hidup yang aku pilih ini.

Semakin belajar semakin tahu, selain motivasi dasar yang aku sebutkan di awal tulisan ini, masih ada motivasi-motivasi lain yang membuatku bersemangat menuntut ilmu diantaranya:
  •  Aku ingin menjadi anak yang shalihah bagi kedua orang tuaku, dan predikat anak shalihah itu salah satunya bisa aku dapat dengan ilmu.
  •  Aku ingin menjadi seorang istri yang shalihah yang mengerti hak-hak suami, yang bisa menjadi penyejuk pandangan suami dan predikat istri shalihah itu salah satunya bisa aku dapat dengan ilmu.
  • Aku ingin menjadi seorang ibu yang dapat mendidik anak-anakku sesuai dengan apa yang Rasulullah ajarkan, dan itu hanya bisa aku dapatkan dengan ilmu.
Dan lain-lain banyak sekali tidak bisa aku sebutkan semuanya. Intinya aku ingin mengarungi jalan yang selamat, ingin menjadi golongan yang selamat dan mencapai hal tersebut dengan keridhoan Allah dan keridhoan Allah bisa didapat dengan ilmu...

-Kuliah-Ngaji-

Oke sekarang cerita setelah fokus pada kuliah-ngaji ya..
Setelah membaca motivasi-motivasi di atas rasanya sudah cukup menggambarkan kenapa aku bersemangat menuntut ilmu syar'i. Dan Alhamdulillah Allah masih memberikan rasa semangat ini dan aku selalu berdoa untuk jangan dicabut hidayah ini.

Nikmat dan kemudahan lainnya yang Allah berikan kepadaku adalah banyaknya program-program gratis yang memudahkanku menuntut ilmu syar’i. Banyak banget.. Harus kita manfaatkan.. 

Belajarnya jangan setengah-setengah..

Nah sebaiknya kita belajarnya jangan setengah-setengah. Usahakan hasilnya perfect. Kita ambil contoh kita itu sedang mengikuti salah satu Program BISA, ilmu sharaf untuk pemula via WhatsApp misalnya..

Nah dalam mengikuti program tersebut kan kita sudah meluangkan waktu untuk belajar itu ya ditengah kesibukan kita sebagai mahasiswi, nah tentunya kita ingin waktu yang sudah diluangkan itu benar-benar menghasilkan suatu yang bermanfaat buat diri sendiri dan juga ingin dapat bermanfaat untuk orang lain. Makanya belajarnya benar-benar, catatannya buat serapi mungkin agar bisa bermanfaat kelak, mengerjakan tugasnya benar-benar rapi dan berusaha untuk paham. Aku sendiri suka catatan rapi karena akan terpakai sampai nanti, entah untuk murojaah lagi, untuk mengajarkan ke orang lain atau untuk anak cucuku kelak sebagai bukti kalau emaknya pernah belajar beginian ^_^

Begitu juga dengan yang lain, seperti belajar tahsin dan tajwid aku tahu belajar ini gak bisa bolong-bolong datangnya, nanti ketinggalan, makanya belajarnya benar-benar, aku prioritaskan belajar ini daripada kegiatan lainnya kenapa begitu prioritas? Karena aku sedang mempelajari cara membaca kalam Rabb-ku. Aku sebagai muslimah harus bisa membaca Al-Quran dengan benar.

Masa aku mati-matian mempelajari partikel tapi gak mau mati-matian mempelajari kalam Rabbku? 

Dan karena ini juga program gratis dari FKI UI ya manfaatkalah sebaik-baiknya :D dan aku juga suka sama ustadzahnya hehe beliau mengajarkan aku akhlak yang sangat mulia bukan dari kata-kata tapi langsung dari perilaku akhlak beliau hafidzahallah dan juga keinginanku mengajari saudara-saudara kaum muslimin lainnya yang belum bisa membaca Al-Quran dengan baik dan benar, kan sebelum aku mengajari aku harus belajar dulu. Nah disini aku pelajari benar-benar supaya kelak bisa kembali ke kampung dan menjadi bermanfaat apa yang telah aku pelajari.

Dan mempelajari Bahasa Arab secara online maupun offline aku sadar bahasa arab ini kaidahnya banyaaaak sekali, gak akan bisa kalau ngga serius, makanya bagaimanapun aku berusaha untuk bisa konsisten mempelajarinya, lagi-lagi memanfaatkan program gratis dan ada yang ngga gratis juga sih sebenarnya.. lewat program bahasa arab BISA yang Ilmu Sharaf untuk Pemula via WA, Durus Ramadhan mempelajari nahwu, Lughatunna di FKI UI (Forum Kajian Islam UI), Durusul Lughah di PESAN (Pesantren Kosan) dan FKI  dan NW (Nyantrend Weekend) juga dulu. Alhamdulillah semua itu kesempatan dan kemudahan dari Allah yang benar-benar harus dimanfaatkan.

Aku prioritaskan juga mempelajari ini, kenapa? Karena bahasa arab adalah bahasa Nabiku, bahasa Al-Quran, bahasa yang indah, bahasa yang membuatku mudah menghafalkan Al-Quran dan perkataan Nabi-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam. Dan satu cita-citaku yang sampai sekarang masih berusaha mencapainya yakni: bisa baca kitab Arabic. Semoga kelak bisa mengganti koleksi kitab-kitab terjemahanku dengan kitab asli versi arabicnya ya… Aamiin. Hem karena itulah aku semangat mempelajari bahasa arab ^^

-Allah memberiku banyak nikmat, harus disyukuri-
Begitu juga dalam mempelajari ilmu syariah lainnya seperti aqidah, fiqh, tahsin, tajwid, bahasa arab, tafsir, dll aku pelajari semuanya sungguh-sungguh ditengah kesibukanku sebagai mahasiswi karena aku bercita-cita ingin menjadi wanita cerdas dan bisa mencerdasakan sekitarku dengan ilmu yang telah aku pelajari. Aku di sini belajar agar kelak kembali ke kampungku untuk bisa mencerdasakan banyak orang. (hem sebenernya kurang sreg pake bahasa "mencerdaskan" kayaknya gimana gitu ya, tapi gpp deh biar greget hehe)

Satu sisi Allah memberiku banyak sekali nikmat. Diantara nikamat-nikmat tersebut adalah:


  • Aku memiliki fisik yang sehat, mampu kesana kemari dengan lincah jauh-dekat untuk pergi ke majelis ilmu, 
  • Allah memberiku waktu untuk menghadiri majelis ilmu dan mempelajari ilmu syar'i, 
  • Allah memberiku bekal cukup (uang), 
  • Allah memberiku nikmat kesempatan mempelajari dengan program-program gratis, 
  • Allah memberiku semangat, 
  • Allah memberiku segala hal yang menunjang (kitab, alat tulis, laptop untuk mencatat faidah dan menyebarkannya, gadget, hp untuk merekam atau mengetahui informasi kajian dll), 
  • Allah memberiku teman-teman yang shalihan yang berorientasi akhirat, Allah memberikanku pengajar (guru/ustadz/ustadzah) yang maa syaa Allah mereka semua hanif  dan luas ilmunya, 
  • Allah meberikanku orang tua yang mendukung kegiatan ngajiku, 
  • Allah berikan itu semua kepadaku yang mungkin orang lain belum tentu diberi itu semua, 
  • Allah memberiku kendaraan yang dengannya aku bisa pergi kesana kemari memudahkan mobilitasku. 
Melihat kenikmatan itu, rasanya tidak ada lagi alasan untuk tidak menuntut ilmu syar'i. Maka cara aku mensyukurinya adalah dengan bersungguh-sungguh menuntut ilmu syar'i. Mempelajari kalam-Nya dan menerjemah ilmu-Nya. Dan cara lain aku mensyukurinya adalah juga dengan membantu teman-taman yang ingin mempelajari ilmu syar'i sebagaimana dulu aku dibantu oleh temanku saat aku baru pertama mengenal dakwah sunnah ini :’)

Bagaimana denganmu? Jika kamu juga memiliki semua nikmat diatas, apalagi alasanmu untuk tidak menuntut ilmu syar'i? Jika hanya terhalang oleh hal-hal yang bersifat keduniawian atau rasa malas saja bisa kita lawan sebenarnya, ingat keutamaan-keutamaan menuntut ilmu..

Tapi... Capek....
Capek? Iya memang capek. Kita pasti merasakan capek. Aku sebenarnya juga capek. Bayangkan menjadi seorang mahasiswi fisika murni di kampus yang tidak sembarangan ini bukan perkara mudah, pelajaran fisika itu susah-susah banget. Ditambah lagi tuntutan IP harus diatas 3 terus. Ditambah harus mempelajari ilmu-ilmu syariah diatas yang telah aku sebutkan. Hafalan ini itu. Tapi bukankah kelelahaan akan hilang sedangkan pahala tetap tertulis? Bukankah ilmu tidak didapat dengan jasad yang santai? Kalau mau bisa ya kudu usaha hehe keluar dari zona nyaman. Ingat syaiton tidak ingin kita semakin dekat dengan Rabb kita maka segala upaya mereka lakukan untuk membuat kita malas lah, merasa gak ada waktulah, merasa mempelajari bahasa arab, tahsin, aqidah dll itu gak pentinglah, ingat segala cara akan syaitan lakukan untuk kita agar kita tidak menuntut ilmu, agar kita semakin bodoh dan semakin mudah mereka membodoh-bodohi kita sehingga akhirnya kita mudah terjerumus dalam perkara dosa karena tidak adanya ilmu. sampai akhirnya menyeret kita ke neraka wal iyyadzubillah.

Jadiii… ayo semangat ^^

Percayalah dengan ini waktumu akan terisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Karena waktu kalau tidak diisi dengan kebaikan pasti dia akan terisi oleh keburukan.

Niatkan karena Allah mencari ridhoNya.. agar menjadi muslimah shalihah dab cerdas yang bisa membanggakan dan menyenangkan hati orang tua..

Ingat, satu senjataku yang paling ampuh: selalu berdoa minta keistiqomahan dalam belajar dan aku selalu minta jangan pernah Allah cabut hidayah ini dari hatiku.

Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat untukmu dan minta tolonglah kepada Allah dan janganlah engkau lemah (HR. Muslim) 

Jangan lupa untuk selalu memurojaah apa yang sudah dipelajari, agar ilmunya semakin melekat.
Segini dulu yah, semoga dapat bermanfaat dan membuatmu kembali bersemangat..

Salah satu yang menjadi prinsip juga adalah: Aku belajar untuk menghilangkan kebodohan pada diri sendiri dan untuk menghilangkan kebodohan pada orang lain :’)

Pesanku: jika kamu belum mendapat teman baik dan shalihah datanglah ke majelis ilmu, mereka dapat kau temukan di sana.. bergaulah dengan mereka sampai menjadi sahabat dekatmu.. berakhlak baiklah ke sesama muslim dan saling tolong menolong dalam kebaikan karena salah satunya dengan itu kamu akan disenangi.

Tulisan ini ada atas kehendak dari Allah, tidak mungkin bisa menulis ini tanpa bantuan Allah…
Tulisan ini ditulis berdasarkan sudut pandang orang pertama yakni penulis sendiri.
Semoga dapat diambil manfaat darinya.
Dan semoga Allah jaga niat penulis dalam menceritakan pengalamannya agar dapat diambil ibrah dari apa yang telah ditulis di atas.
Alhamdulillah selesai :) 
00.15
Di Pesantren Kosan..