Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberi
kesempatan dan nikmat yang tak terhitung hingga akhirnya aku bisa menuliskan
tulisan ini insya Allah. Tentunya aku menulis ini atas kehendak-Nya yang semoga
bisa bermanfaat bagi teman-teman, terutama beberapa akhwaat yang meminta
nasihat mengenai bagaimana agar bisa bersemangat menuntut ilmu syar’i ditengah
kesibukannya sebagai mahasiswi di kampus sekuler. Aku senang ketika ada beberapa saudariku meminta nasihat artinya mereka masih peduli dengan urgensi mempelajari ilmu
syar'i ditengah kefuturannya mungkin dan takut kehilangan semangat itu.
Dan tentunya
nasihat ini terutama sekali ditujukan untuk aku yang menulisnya. Nasihat ini
aku ambil berdasarkan pengalaman pribadi dan motivasi pribadi.
Semoga Allah senantiasa menjaga keikhlasan niat penulis dan melindungi penulis dari sifat ujub dan riya. Aamiin
Saudariku yang dirahmati oleh Allah, mengapa aku bersemangat
menuntut ilmu syar’i?
Yang pertama adalah semua karena Allah, aku mengharap
wajah-Nya, aku mengharap pertemuan dengan-Nya, aku mengharap surga-Nya, aku
mengharap berkumpul dengan para kekasih-Nya semua itu tidak akan aku dapatkan
tanpa ilmu, itu alasan global kenapa aku semangat menuntut ilmu.
Karena dengan belajar ilmu syar'i itu aku jadi tahu mana
halal mana haram, apa yang Allah perintahkan dan apa yang Allah larang, mana
hal yang dapat memasukanku ke Surga dan mana hal dapat memasukanku ke Neraka.
Keutamaan-keutamaan menuntut ilmu dan keutamaan berada di majelis ilmu
juga menjadi salah satu motivasi terbesarku.
Kira-kira globalnya seperti itu dan sebenarnya masih banyak banyak lagi sebab lain.
Alasan-alasan yang penulis sebutkan diatas itu memang masih kurang spesifik dan masih bersifat terlalu umum ya, karena pointnya disini
adalah "bagaimana kita sebagai mahasiswi non-syariah bisa istiqomah belajar
ilmu syariah ditengah kampus yang sekuler”. Aku paham betul dunia kampus non-syariah sayangku, bagaimana
kegiatan di dalamnya, bagaimana pergaulan didalamnya dan lain-lain
Baikalah, izinkan penulis sedikit bercerita. Dahulu kala..
Dulu saat aku masih belum hijrah dan masih belum mengenal
sunnah segala kegiatan di kampus aku ikuti semua, mulai dari organisasi dan
banyak kepanitiaan. Dulu saat masih menjadi maba (mahasiswa baru) selalu diiming-imingi begini: kalau ikut banyak organisasi dan kepanitiaan
nanti akan banyak punya relasi, punya banyak link, gampang cari kerja, kenal
banyak orang, dikenal orang, dan lain-lain. Jujur aku tergiur karena aku kuliah kan supaya
nanti bisa kerja. Dan memang benar sih dengan organisasi itu softskill kita
makin terasah, jadi banyak relasi, banyak teman, banyak link, banyak pengalaman
dan lain-lain.
Nah semenjak hijrah walau belum mengenal sunnah waktu itu kira-kira
semester dua aku masih asyik dengan kegiatanku sebelumnya, yakni: organisasi
dan kepanitaan. Tapi semenjak itu aku juga
pelan-pelan belajar Islam (walau belum mengenal sunnah) dan akhirnya aku mulai banyak
berfikir jadinya.
Misal: dalam kepanitiaan dan organisasi itu kadang shalat suka
dilalaikan dan memang aku jadi lalai, shalatnya jadi tidak tepat waktu habis adzan kemudian bisa shalat. Pernah waktu itu gara-gara evaluasi kepanitiaan yang nyerempet magrib aku gak bisa izin
shalat akhirnya shalatnya jam setengah tujuh, saat itu mulai risih dan jadi kurang nyaman berada disuatu kepanitiaan.
Nah semenjak hijrah, seperti yang dirasakan oleh kawan-kawan kita juga, semangat menuntut ilmu jadi semakin tinggi
karena dulu aku berfikir:
“Ya Allah banyak banget yang aku gak tahu tentang
agama ini”
“Ya Allah aku orang Islam tapi tentang ini aja aku gak tahu”
Aku membatin kala itu memikirkan hal ini.
Jadi
pas awal hijrah itu aku semangat menuntut ilmu lebih karena sering ‘ketampar’.
Sebagai contoh: waktu itu sedang ada kajian tentang shalat; disitu aku sadar bahwa shalatku
masih banyak yang salah, rasanya seperti tertampar, dalam hati membatin “ya Allah
18 tahun hidup tapi shalat aja masih salah” (emoticon sedih banget) agak miris waktu itu. Ibrohnya jadi ingin lebih mempelajari tentang shalat karena aku sadar waktu itu bahwa shalat adalah salah satu pokok agama ini, masa aku shalatnya banyak salah dan pada akhirnya seiring berjalannya waktu aku semakin belajar jadinya dan
semakin tahu..
Nah dari semakin belajar itu aku jadi semakin tahu tentang
hukum ini itu, akhirnya perlahan mulai menarik diri dari dunia organisasi dan
kepanitiaan pelan-pelan, kenapa? Aku jadi berfikir begini: memang dari ikutan
kegiatan tersebut banyak manfaat yang aku dapatkan seperti yang aku sebutkan
diatas tapi itu dari sisi keduniaan saja. Ya.. manfaat yang aku dapatkan dari sisi
keduniaan saja. Kemudian aku berfikir.. hem dalam kepanitiaan shalatku jadi
lalai, campur baur laki-laki dan perempuan itu begitu kental walau sudah jaga
batasan tetap kan yang namanya satu tim sama laki-laki tetap aja ikhtilat tidak
bisa dihindari, lalu pulang malam, waktu jadi lebih banyak buat organisasi dan
kepanitiaan daripada buat membaca/belajar dan lebih-lebih waktu jadi tersita
oleh kegiatan tersebut daripada untuk datang ke majelis ilmu, disitu berfikir:
keutamaan mendatangi majelis ilmu itu begitu besar; didoakan ampunan, dinaungi
malaikat, diangakat derajat dan lain-lain daripada mengurus kepanitiaan yang di dalamnya terdapat ikhtilat, melalaikan dari ibadah, kadang nyanyi-nyanyi, sorak sorai laki-laki
perempuan, haha hihi bareng, intinya banyak batasan syariat yang dilanggar. Dan
pada akhirnya aku meninggalkan benar-benar organisasi dan kepanitiaan secara
perlahan karena menimbang hal diatas, dan tentunya sebagai manusia yang
dikaruniakan akal untuk berfikir aku memilih apa yang lebih Allah ridhai dan
lebih selamat untuk urusan dunia dan akhiratku.
Keputusan ini aku ambil bulat-bulat dan sudah kupikirkan
matang-matang dan aku sadar akan banyak yang bertanya-tanya dan berpikir
tentangku yang tidak-tidak. Karena tadinya aku adalah seorang aktifis kampus
banget segala kegiatan aku ikuti, teman-teman mengenalku sebagai seorang yang
semangat berorganisasi dan kepanitiaan dan kini aku menjadi "kupu-kupu" kuliah pulang kuliah pulang (emoticon senyum). Benar aja, agak sulit sebenarnya untuk bisa lepas
sepenuhnya, karena banyak tawaran manjadi ini itu dan menempati posisi ini itu
dari sisi organisasi dan kepanitian, tapi aku mulai mengurangi frekuensi
kegiatan kampus dan pelan-pelan menolak. Saat itu aku masih terus belajar dan Alhamdulillah
Allah karuniakan nikmat mengenal sunnah.
Hingga akhirnya aku lebih mencintai
mendatangi majelis ilmu daripada mengikuti kegiatan kampus.
Dari situ aku focus belajar Islam sebagai ganti mengejar
ketertinggalanku selama ini. Semakin belajar semakin aku jatuh cinta pada Islam.
Karena aku telah tersadar betapa Islam begitu sempurna. Ya Allah aku gak bisa
ungkapin lagi tentang hal ini. Demi Allah aku begitu mencintai Islam…….. :’)
Sampai akhirnya aku menemukan sesuatu yang selama ini
hilang. Ya, rasa cinta pada Rabb-ku itu, aku menemukannya setelah aku hijrah. Dan
karena rasa cinta itu rasa semangat untuk dapat mengenalNya lebih dekat tumbuh
subur didalam hati.
Aku lebih senang mendatangi majelis ilmu, mengkaji
kalam-Nya, mempelajari syariat-Nya, mengenal-Nya lebih dekat.. Demi Allah hal ini
menentramkan jiwaku, demi Allah aku merasakan ketenangan di majelis ilmu,
ketenangan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Terlebih jika ketika
datang ke majelis ilmu dengan keadaan tidak mengetahui (tidak berilmu),
kemudian setelah pulang menjadi mengetahui (berilmu). Bagaimana tidak, di
majelis ilmu kita dinaungi malaikat dan malaikat-malaikat tersebut dan makhluk-makhluk Allah
mendoakan ampunan :’) rasa nyaman ini membuatku semakin bersemangat menuntut
ilmu.
Dan sebenarnya dalam masa "pelan-pelan” meninggalkan
kegiatan kampus aku tidak langsung menghilang begitu saja, pertama aku mengurangi
frekuensi mengikuti kegiatan dan memilih kegiatan yang hanya berbau dakwah; aku
ikut organisasi yang berbau lembaga dakwah saja. Dan setelah masa kepengurusan
selesai aku benar-benar berlepas diri dari segala kegiatan kampus dan
benar-benar hanya berfokus pada “kuliah-ngaji” dan ketika ditawari teman untuk
mengikuti kepanitaian atau organisasi aku hanya jawab dengan:
“Maaf ya, aku udah
berlepas diri dari dari organisasi dan kepanitiaan, aku mau fokus ngaji”
Ya aku
jawab gitu aja, sejujur-jujurnya karena aku pikir mereka juga pasti mengerti
dengan pilihaku ini. Setiap orangkan punya pilihan dan prinsip hidup
masing-masing dan aku berhak ngomong gitu.
"Gak apa-apa dibilang gak asyik lagi, yang penting kita
mengikuti apa yang diajari Nabi kita" (ini kata bang Andy Oktavain Latif -kurang lebih begitu kalimatnya-). Dan berada di track yang benar
sesuai dengan yang agama kita ajarkan. Namun tetap aku berakhlak baik ke mereka
tidak menjadi eksklusif dan tetap membaur Alhamdulillah. Perlahan mereka
mengerti prinsip hidup yang aku pilih ini.
Semakin belajar semakin tahu, selain motivasi dasar yang aku
sebutkan di awal tulisan ini, masih ada motivasi-motivasi lain yang membuatku
bersemangat menuntut ilmu diantaranya:
- Aku ingin menjadi anak yang shalihah bagi kedua
orang tuaku, dan predikat anak shalihah itu salah satunya bisa aku dapat dengan
ilmu.
- Aku ingin menjadi seorang istri yang shalihah
yang mengerti hak-hak suami, yang bisa menjadi penyejuk pandangan suami dan
predikat istri shalihah itu salah satunya bisa aku dapat dengan ilmu.
- Aku ingin menjadi seorang ibu yang dapat
mendidik anak-anakku sesuai dengan apa yang Rasulullah ajarkan, dan itu hanya
bisa aku dapatkan dengan ilmu.
Dan lain-lain banyak sekali tidak bisa aku sebutkan
semuanya. Intinya aku ingin mengarungi jalan yang selamat, ingin menjadi
golongan yang selamat dan mencapai hal tersebut dengan keridhoan Allah dan
keridhoan Allah bisa didapat dengan ilmu...
-Kuliah-Ngaji-
Oke sekarang cerita setelah fokus pada kuliah-ngaji ya..
Setelah membaca motivasi-motivasi di atas rasanya sudah cukup
menggambarkan kenapa aku bersemangat menuntut ilmu syar'i. Dan Alhamdulillah
Allah masih memberikan rasa semangat ini dan aku selalu berdoa untuk jangan
dicabut hidayah ini.
Nikmat dan kemudahan lainnya yang Allah berikan kepadaku
adalah banyaknya program-program gratis yang memudahkanku menuntut ilmu syar’i. Banyak banget.. Harus kita manfaatkan..
Belajarnya jangan setengah-setengah..
Nah sebaiknya kita belajarnya jangan setengah-setengah. Usahakan hasilnya perfect. Kita ambil contoh kita itu sedang mengikuti salah satu Program BISA, ilmu sharaf untuk pemula via WhatsApp misalnya..
Nah dalam mengikuti program tersebut kan kita sudah meluangkan waktu untuk belajar itu ya ditengah kesibukan kita sebagai
mahasiswi, nah tentunya kita ingin waktu yang sudah diluangkan itu benar-benar menghasilkan
suatu yang bermanfaat buat diri sendiri dan juga ingin dapat bermanfaat untuk orang
lain. Makanya belajarnya benar-benar, catatannya buat serapi mungkin
agar bisa bermanfaat kelak, mengerjakan tugasnya benar-benar rapi dan berusaha
untuk paham. Aku sendiri suka catatan rapi karena akan terpakai sampai nanti, entah
untuk murojaah lagi, untuk mengajarkan ke orang lain atau untuk anak cucuku
kelak sebagai bukti kalau emaknya pernah belajar beginian ^_^
Begitu juga dengan yang lain, seperti belajar tahsin dan tajwid aku
tahu belajar ini gak bisa bolong-bolong datangnya, nanti ketinggalan, makanya
belajarnya benar-benar, aku prioritaskan belajar ini daripada kegiatan lainnya
kenapa begitu prioritas? Karena aku sedang mempelajari cara membaca kalam
Rabb-ku. Aku sebagai muslimah harus bisa membaca Al-Quran dengan benar.
Masa aku
mati-matian mempelajari partikel tapi gak mau mati-matian mempelajari kalam
Rabbku?
Dan karena ini juga program gratis dari FKI UI ya manfaatkalah
sebaik-baiknya :D dan aku juga suka sama ustadzahnya hehe beliau mengajarkan aku
akhlak yang sangat mulia bukan dari kata-kata tapi langsung dari perilaku
akhlak beliau hafidzahallah dan juga keinginanku mengajari saudara-saudara
kaum muslimin lainnya yang belum bisa membaca Al-Quran dengan baik dan benar,
kan sebelum aku mengajari aku harus belajar dulu. Nah disini aku pelajari
benar-benar supaya kelak bisa kembali ke kampung dan menjadi bermanfaat apa yang
telah aku pelajari.
Dan mempelajari Bahasa Arab secara online maupun offline aku
sadar bahasa arab ini kaidahnya banyaaaak sekali, gak akan bisa kalau ngga
serius, makanya bagaimanapun aku berusaha untuk bisa konsisten mempelajarinya,
lagi-lagi memanfaatkan program gratis dan ada yang ngga gratis juga sih sebenarnya.. lewat program bahasa arab BISA yang Ilmu Sharaf untuk Pemula via WA, Durus Ramadhan mempelajari nahwu, Lughatunna di FKI UI (Forum Kajian Islam UI), Durusul Lughah di PESAN (Pesantren Kosan) dan FKI dan NW (Nyantrend Weekend) juga dulu. Alhamdulillah semua itu kesempatan dan kemudahan dari Allah yang benar-benar harus dimanfaatkan.
Aku prioritaskan juga
mempelajari ini, kenapa? Karena bahasa arab adalah bahasa Nabiku, bahasa
Al-Quran, bahasa yang indah, bahasa yang membuatku mudah menghafalkan Al-Quran
dan perkataan Nabi-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam. Dan satu cita-citaku yang
sampai sekarang masih berusaha mencapainya yakni: bisa baca kitab Arabic. Semoga kelak bisa mengganti koleksi kitab-kitab terjemahanku dengan kitab asli
versi arabicnya ya… Aamiin. Hem karena itulah aku semangat mempelajari bahasa
arab ^^
-Allah memberiku banyak nikmat, harus disyukuri-
Begitu juga dalam mempelajari ilmu syariah lainnya seperti
aqidah, fiqh, tahsin, tajwid, bahasa arab, tafsir, dll aku pelajari semuanya
sungguh-sungguh ditengah kesibukanku sebagai mahasiswi karena aku bercita-cita
ingin menjadi wanita cerdas dan bisa mencerdasakan sekitarku dengan ilmu yang
telah aku pelajari. Aku di sini belajar agar kelak kembali ke kampungku untuk
bisa mencerdasakan banyak orang. (hem sebenernya kurang sreg pake bahasa "mencerdaskan" kayaknya gimana gitu ya, tapi gpp deh biar greget hehe)
Satu sisi Allah memberiku banyak sekali nikmat. Diantara nikamat-nikmat tersebut adalah:
- Aku
memiliki fisik yang sehat, mampu kesana kemari dengan lincah jauh-dekat untuk
pergi ke majelis ilmu,
- Allah memberiku waktu untuk menghadiri majelis ilmu dan
mempelajari ilmu syar'i,
- Allah memberiku bekal cukup (uang),
- Allah memberiku
nikmat kesempatan mempelajari dengan program-program gratis,
- Allah memberiku
semangat,
- Allah memberiku segala hal yang menunjang (kitab, alat tulis, laptop
untuk mencatat faidah dan menyebarkannya, gadget, hp untuk merekam atau
mengetahui informasi kajian dll),
- Allah memberiku teman-teman yang shalihan
yang berorientasi akhirat, Allah memberikanku pengajar (guru/ustadz/ustadzah)
yang maa syaa Allah mereka semua hanif
dan luas ilmunya,
- Allah meberikanku orang tua yang mendukung kegiatan
ngajiku,
- Allah berikan itu semua kepadaku yang mungkin orang lain belum tentu
diberi itu semua,
- Allah memberiku kendaraan yang dengannya aku bisa pergi kesana kemari memudahkan mobilitasku.
Melihat kenikmatan itu, rasanya tidak ada lagi alasan untuk tidak menuntut ilmu syar'i. Maka cara aku mensyukurinya adalah dengan bersungguh-sungguh menuntut ilmu syar'i. Mempelajari kalam-Nya dan menerjemah ilmu-Nya. Dan cara lain aku mensyukurinya adalah juga dengan membantu teman-taman yang ingin mempelajari ilmu syar'i sebagaimana dulu aku dibantu oleh temanku saat aku baru pertama mengenal dakwah sunnah ini :’)
Bagaimana denganmu? Jika kamu juga memiliki semua nikmat
diatas, apalagi alasanmu untuk tidak menuntut ilmu syar'i? Jika hanya terhalang
oleh hal-hal yang bersifat keduniawian atau rasa malas saja bisa kita lawan
sebenarnya, ingat keutamaan-keutamaan menuntut ilmu..
Tapi... Capek....
Capek? Iya memang capek. Kita pasti merasakan capek. Aku sebenarnya juga capek. Bayangkan
menjadi seorang mahasiswi fisika murni di kampus yang tidak sembarangan ini
bukan perkara mudah, pelajaran fisika itu susah-susah banget. Ditambah lagi
tuntutan IP harus diatas 3 terus. Ditambah harus mempelajari ilmu-ilmu syariah
diatas yang telah aku sebutkan. Hafalan ini itu. Tapi bukankah kelelahaan akan
hilang sedangkan pahala tetap tertulis? Bukankah ilmu tidak didapat dengan
jasad yang santai? Kalau mau bisa ya kudu usaha hehe keluar dari zona nyaman. Ingat
syaiton tidak ingin kita semakin dekat dengan Rabb kita maka segala upaya
mereka lakukan untuk membuat kita malas lah, merasa gak ada waktulah, merasa mempelajari
bahasa arab, tahsin, aqidah dll itu gak pentinglah, ingat segala cara akan
syaitan lakukan untuk kita agar kita tidak menuntut ilmu, agar kita semakin
bodoh dan semakin mudah mereka membodoh-bodohi kita sehingga akhirnya kita
mudah terjerumus dalam perkara dosa karena tidak adanya ilmu. sampai akhirnya
menyeret kita ke neraka wal iyyadzubillah.
Jadiii… ayo semangat ^^
Percayalah dengan ini waktumu akan terisi dengan hal-hal
yang bermanfaat. Karena waktu kalau tidak diisi dengan kebaikan pasti dia akan
terisi oleh keburukan.
Niatkan karena Allah mencari ridhoNya.. agar menjadi muslimah
shalihah dab cerdas yang bisa membanggakan dan menyenangkan hati orang tua..
Ingat, satu senjataku yang paling ampuh: selalu berdoa minta
keistiqomahan dalam belajar dan aku selalu minta jangan pernah Allah cabut
hidayah ini dari hatiku.
Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat untukmu dan
minta tolonglah kepada Allah dan janganlah engkau lemah (HR. Muslim)
Jangan lupa untuk selalu memurojaah apa yang sudah
dipelajari, agar ilmunya semakin melekat.
Segini dulu yah, semoga dapat bermanfaat dan membuatmu
kembali bersemangat..
Salah satu yang menjadi prinsip juga adalah: Aku belajar untuk
menghilangkan kebodohan pada diri sendiri dan untuk menghilangkan kebodohan
pada orang lain :’)
Pesanku: jika kamu belum mendapat teman baik dan shalihah
datanglah ke majelis ilmu, mereka dapat kau temukan di sana.. bergaulah dengan
mereka sampai menjadi sahabat dekatmu.. berakhlak baiklah ke sesama muslim dan
saling tolong menolong dalam kebaikan karena salah satunya dengan itu kamu akan
disenangi.
Tulisan ini ada atas kehendak dari Allah, tidak mungkin bisa
menulis ini tanpa bantuan Allah…
Tulisan ini ditulis berdasarkan sudut pandang orang pertama yakni penulis sendiri.
Semoga dapat diambil manfaat darinya.
Dan semoga Allah jaga niat penulis dalam menceritakan pengalamannya agar dapat diambil ibrah dari apa yang telah ditulis di atas.
Alhamdulillah selesai :)
00.15
Di Pesantren Kosan..