Jumat, 25 Desember 2015

[Janji-janji Allah, semoga menambah semangat]

Terkumpul janj-janji Allah dalam satu hadits yang agung, semoga menambah semangat kita dalam beramal dan semoga senantiasa Allah berikan taufik kepada kita untuk dapat mengamalkan apa yang terdapat dalam hadits ini. Aamiin

Dari Abu Hurairah –radhiyallahu’anhu-, Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barang siapa yang melapangkan satu kesususahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat.

Barang siapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allah akan memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat

Barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat.

Allah senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut senantiasa menolong saudaranya.
Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.

Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketentraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para malaikat yang berada di sisi-Nya.

Barang siapa yang lambat amalnya, maka tidak dapat dikejar dengan nasabnya."


Sahih: HR Muslim (no. 2699) 

Kamis, 24 Desember 2015

Maulid Nabi, bagaimana?

Rabia Awwal Mubaarak! It is the third month of the Hijri Calendar which in many Muslims celebrate the birthday of Prophet Muhammad (pbuh) believing it to have occurred on the 12th of this month. However, the truth is that his actual date of birth is unknown just as the date of birth of Prophet Jesus (pbuh) is unknown. Furthermore, its celebration is an innovation in Islamic worship as it was not instructed by the Prophet (pbuh) nor was it done by his companions. Even the celebration of birthdays in general is not permissible because of its pagan roots. As a result even the early Christians did not celebrate Christ’s birth because they considered the celebration of anyone’s birth to be a pagan custom.
So instead, let us apply the lessons learned from the life of the Prophet (pbuh) and increase our efforts to spread the true religion of God in this month, while keeping alive the Ramadaan lesson of making fasting truly a way of life by also fasting Mondays and Thursdays of every week, and the 13th, 14th & 15th – according to the recommendations of the Prophet (pbuh). It is worth noting that when the Prophet (pbuh) was asked why he fasted Mondays, he replied that it was the day on which he was born!!! So, for those bent on commemorating the Prophet’s birth, let them do as he did and FAST EVERY MONDAY!!! Dr. Bilal Philips

--
ikuti sunnahnya, bukan perayaan-perayaan yang tidak pernah dicontohkan Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam..
Rasulullah sekalipun tidak pernah mencontohkan/merayakan hari lahirnya..

baca deh kata2 dr Dr. Bilal Philips di atas dan think smart! 😊😊
ya think smart, cari tahu ilmunya.. karena selama ini kita hanya mengikuti budaya. bukan dalil.

dulu pas saya baru tahu bahwa maulid nabi tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shalalllahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu 'anhum ajma'iin hal yang saya lakukan adalah mencari tahu kenapa begitu, mencari dalil yang sahih, mencari tahu sejarahnya dan bertanya kepada yang lebih paham tentang ilmu agama ini. dan akal sehat pasti akan selalu memilih dan condong pada kebenaran. akhirnya saya tahu dan yakin bahwa maulid nabi adalah suatu perkara yang diada-adakan dalam agama, bukan ber-ittiba (mengikuti) Rasullulllah..

dan barang siapa yang mengada-adakan suatu yang baru dalam perkara agama maka amalan itu tertolak.

cara mencintai nabi adalah dengan mengikuti sunnah-sunnahnya dan mentaatinya dari segala hal yang beliau perintahkan. bukan merayakan kelahirannya.

Sabtu, 19 Desember 2015

Sebuah Maktabah CInta di Rumah Kita

Menjelang UTS Mekanika Kuantum beberapa bulan lalu, aku menghadiri kajian Keluarga Sakinah dari Yayasan Al-Sofwa dengan tema "Rumah Tangga Harmonis penuh Berkah".. Alhamdulillah banyaak sekali ilmu yang didapat seputar rumah tangga. Diantara yang dibahas adalah: 

1. Karakteristik Rumah Tangga Harmonis 
2. Peran Suami Istri dalam Meraih Keharmonisan Rumah Tangga 
3. Aspek-aspek Pendorong dalam Meraih Kebahagiaan Rumah Tangga 
4. Problematika Rumah Tangga Sebab dan Solusinya 

Dengan pemateri :

1. Ustadz Dr. Sufyan bin Fuad Baswedan, MA
2. Ustadz Abu Ihsan Al-Atsari, MA 

Aku sangat tertarik dan antusias dalam acara seminar ini karena memang aku butuh sekali ilmunya, karena kelak aku akan menjadi seorang istri yang mengatur dan mengarungi bahtera rumah tangga dan juga menjadi seorang ibu yang akan mendidik anak-anakku kelak. Dan itu semua butuh ilmu. Maka harus dipersiapkan dari sekarang. 

Di sini aku bukan mau menulis materi kajian yang aku dapat, kalau itu in syaa Allah kelak ya, mudah-mudahan Allah berikan kesempatan untuk menuliskannya sekarang belum sempat. Ini saja aku tulis ditengah belajar untuk presentasi FT-IR dan UAS Radioterapi hehe 

Seperti judulnya pada tulisan ini: Sebuah Maktabah Cinta di Rumah Kita

Aku terinspirasi dari seminar ini. Ustadznya bicara tentang membuat maktabah di rumah dan wariskan kepada anak-anak buku-buku dan ilmu. Jadi jika sudah berumah tangga kelak, aku ingin sekali mempunyai perpustakaan di rumahku. Maktabah itu akan aku design sebagus mungkin dan senyaman mungkin. Karena sepertinya aku akan banyak menghabiskan waktuku disitu ketika kelak menjadi seorang IRT. Di maktabah itu akan aku jadikan tempat belajar, membaca, mengkaji ilmu..

Di maktabah itu akan ku bangun cinta..
Aku akan mengajari anak-anakku tentang agama dan ilmu dunia di maktabah itu.. 
Dan aku akan diajari suamiku di maktabah itu..
Aku akan menerima setoran hafalan anak-anakku di maktabah itu.. 
Dan aku akan setor dan memurojaah hafalanku kepada suamiku dan sebaliknya di maktabah itu..
Aku akan mendampingi anak-anakku mengerjakan PR dan tugas-tugasnya di maktabah itu..
Aku akan mentransfer ilmu yang sudah kupunya kepada anak-anakku di maktabah itu..
Aku ingin ruangan itu menjadi saksi bahwa aku dan suamiku telah berusaha membangun generasi rabbani dengan ilmu..

Aku akan membuat jadwal berkumpul bersama keluarga untuk membaca buku dan mengkaji kitab yang nantinya suamikulah yang mengajarkan aku dan anak-anakku.. 

Terbayang dalam benakku sekarang, betapa bahagiannya keluarga yang dibangun diatas ilmu.. 
Dan itu butuh persiapan, dan kondisi sekarang adalah belum menikah maka bisa kita sibukkan dengan ilmu sebagai persiapan kelak ^^ jangan disibukkan mencari pasangan apalagi sampai menjalin hubungan tidak halal.. Apa yang dibangun diatas keridhaan Allah Ta'ala maka hasilnya kelak juga akan berkah dan diridhai-Nya in syaa Allah.. 

In syaa Allah..
Semoga semua bisa terwujud.. 
Aku memohon kepada Allah al-Qawiy al-Latif al-Rahiim semoga mengistiqomahkan kita berada dijalan-Nya sampai Allah masukan kita ke dalam surga-Nya dan memberikan kesempatan pada kita untuk terus bisa menuntut ilmu dan membangun generasi rabbani..
Aamiin.. 

Maharani, 7 Rabiul Awwal 1437 H 

Jumat, 18 Desember 2015

Komitmen dengan Hijab Syar'i




Yang sudah berhijab syar'i selamat karena Allah telah memilihmu untuk mendapatkan hidayah dan petunjuk-Nya untuk menggunakan hijab syar'i karena diluar sana masih banyak wanita muslimah yang belum mendapatkannya sehingga masih mengumbar auratnya. Semoga Allah beri keistiqomahan sampai akhir hayat untuk terus mendapatkan hidayah-Nya dan dalam naungan petunjuk-Nya.
Bagi yang belum, semoga sesegera mungkin dapat berhijab syar'i.. Jemput hidayah-Nya, dapatkan dan genggam dengan erat. Sungguh hidayah bukan ditunggu tapi dijemput.. Semoga Allah senantiasa membimbing kita menuju perubahan yang lebih baik dengan ilmu kemudian mengistiqomahkan kita dijalan-Nya hingga surga pantas kita dapatkan.. karena betapa banyak wanita menginginkan surga namun tidak memantaskan diri untuk mendapatkannya sedangkan penghuni neraka adalah kebanyakan dari kaum wanita nas alullah salaamatan wal aafiyah semoga kita tidak termasuk di dalamnya..
--
Sungguh, wanita yang komitmen dengan hijab syar'i bukanlah wanita yang tidak tahu mode, mereka tahu namun enggan mengikutinya karena Allah ta'ala berfirman:
ولاتبرجنتبرج الجاهلية الأولى
"Dan janganlah kalian (para wanita) bertabarruj (bersolek keluar rumah seperti dandanan orang-orang jahiliyah yang dahulu" (al-Ahdzab : 33)
namun mereka adalah wanita yang takut kepada Allah dan siksa-Nya
فلا تخشوا الناس واخشون ولا تشترواباياتي قليلا
"Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. (al-Maidah:44)
واتقوا فتنة لا تصيبن الذين ظلموا منكم خاصة وا علموا ان الله شديد العقاب
"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang dzalim saja diantara kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksa-Nya (al-Anfal:25)
Mari patenkan prinsip : 💕Kami dengar dan kami taat💕
يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك .. امين
--
Terinspirasi dari kajian Ustadzah Arfah Ummu Faynan
Depok, 7 Rabi'ul Awwal 1437 H 
08.30
Di Pesantren Kosan
Ditulis ditengah pengerjaan laporan praktikum radioterapi

Minggu, 06 Desember 2015

Kupersembahkan Doa untuk Kakek Tercinta

Aku masih terjaga di ruang tunggu rumah sakit di depan ruang ICU, menjaga kakek tercinta yang kata dokter kondisinya belum menunjukan kemajuan yang signifikan sejak kemarin. Alias belum ada perubahan. Lemas mendengarnya. Dokter mengisyaratkan agar kami terus berdoa. Iya memang hanya itu satu-satunya hal yang bisa kami lakukan setelah segala ikhtiar terbaik yang bisa kami lakukan untuk ayah dari segi pengobatan dan finansial. Walau aku pribadi belum bisa bantu dari segi finansial yang tergolong sangat besar itu namun setidaknya doaku tiada putus untuk ayah..
Iya, doa.. Kita sangat membutuhkan itu.
“Apabila kalian mendatangi orang sakit atau orang yang meninggal dunia, hendaklah kalian mengucapkan kata-kata yang baik (mendoakannya), karena sungguh malaikat akan mengamini doa yang kalian ucapkan.” (HR Muslim)
Jangan pernah remehkan kekuatan doa karena doa adalah senjata orang mukmin, lihatlah bagaimana doa nabi Ayyub Alaihis salam ketika sedang diuji oleh Allah dengan penyakit:
“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Rabbnya: ‘(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Rabb Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang’. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (Al-Anbiya`: 83-84)
Lihatlah dalam ayat di atas, bagaimana Allah mengabulkan doa nabi Ayyub yang ditimpa penyakit dengan melenyapkan penyakit yang ada pada nabi Ayyub.
Nabi Ayyub alaihi salaam diuji oleh Allah selama 18 tahun dengan penyakit.
Ibnu Katsir rahimahullah menceritakan dalam tafsirnya, Nabi Ayyub diuji melalui tubuhnya. Ada yang menyebutkan berupa penyakit lepra yang menyerang seluruh tubuhnya tanpa menyisakan seujung jarumpun dari tubuhnya. Tidak ada yang selamat dari anggota tubuhnya kecuali hati dan lisannya, yang dengan keduanya beliau berdzikir mengingat Allah . Akhirnya semua orang merasa jijik dan mengasingkan beliau di tempat terpencil, jauh dari keramaian manusia.
Al-Quran itu kebenaran yang haq. Dengan melihat ayat itu seharusnya tidak ada lagi keraguan dihati kita dalam berdoa kepada Allah meminta kesembuhan untuk ayah..
Tidak hanya sesekali namun ayo berkali-kali dan selalu doakan untuk kesembuhan ayah.. karena kata Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam
“Sesungguhnya Allah ta’ala malu bila seorang hamba membentangkan kedua tangannya untuk memohon kebaikan kepada-Nya, lalu Ia mengembalikan kedua tangan hamba itu dalam keadaan hampa/gagal.” (HR. Ahmad (5/438), dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1757)
Dan jika Allah belum kabulkan doa-doa kita jangan kita berputus asa dalam berdoa, karena tidak ada ruginya dalam berdoa kepada Allah, karena
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada seorang muslim pun yang berdoa kepada Allah Ta’ala dengan satu doa yang tidak ada di dalamnya dosa dan pemutusan silaturahmi, kecuali Allah memberikan kepadanya dengan doa tersebut salah satu dari tiga perkara: Bisa jadi permintaannya disegerakan, bisa jadi permintaannya itu disimpan untuknya di akhirat nanti, dan bisa jadi dipalingkan/dihindarkan kejelekan darinya yang sebanding dengan permintaannya.”
Lihatlah tiga perkara tersebut, tidak ada ruginya bagi kita dalam berdoa kepada Allah.
Kita berdoa kepada Allah untuk kesembuhan ayah, kesabaran ayah menghadapi penyakitnya, diringankan rasa sakit yang Allah rasakan, diberikan rezeki untuk pengobatan ayah, diberikan kesabaran bagi keluarga yang menjaga dan berikhtiar untuk kesembuhan ayah, dan lain-lain..
Teruslah berdoa karena Allah pasti akan mengabulkan.. lihatlah firman Allah berikut ini:
“Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (Al Mukmin: 60).
Allah memperkenankan doa kita melalui 3 perkara yang telah disebutkan dalam hadits sebelumnya.
Agar doa-doa kita segera Allah kabulkan, kita harus manfaatkan waktu mustajab ini. di waktu-waktu ini in syaa Allah doa akan segera dikabulkan oleh Allah. Yakni pada:
1. Sepetiga malam terakhir. Karena Rasulullah bersabda
“Allah turun ke langit dunia setiap malam, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku kabulkan, siapa yang meminta, akan Aku beri, dan siapa yang memohon ampunan pasti Aku ampuni’.” (HR. Muslim)
2. ketika perang, turun hujan, ketika sujud, antara adzan dan iqamah, atau ketika puasa menjelang berbuka, setelah ashar.
Abu Hurairah radhiallahu’anhu mengatakan, “Sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka ketika jihad fi sabillillah sedang berkecamuk, ketika turun hujan, dan ketika iqamah shalat wajib. Manfaatkanlah untuk berdoa ketika itu.” (Syarhus Sunnah al-Baghawi, 1: 327)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa antara adzan dan iqamah tidak tertolak.” (HR. Abu Daud, Nasa’i, dan Tirmidzi)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keadaan terdekat antara hamba dengan Tuhannya adalah ketika sujud. Maka perbanyaklah berdoa.” (HR. Muslim)
Kita gunakan waktu-waktu tersebut untuk mendoakan ayah dan juga doa lainnya sesuai keinginan kita..
Kemudian hendaknya kita perhatikan adab-adab dalam berdoa berikut ini..
1. Memulai doa dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Memuji Allah dengan asmaul husna.
Dalil : “Apabila kalian berdoa, hendaknya dia memulai dengan memuji dan mengagungkan Allah, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian berdoalah sesuai kehendaknya.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan dishahihkan Al-Albani)
2. Mengulang-ulang doa dan merengek-rengek dalam berdoa.
Dalil : Ibn Mas’ud mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila beliau berdoa, beliau mengulangi tiga kali. Dan apabila beliau meminta kepada Allah, beliau mengulangi tiga kali. (HR. Muslim)
3. Tidak tergesa-gesa agar segera dikabulkan, dan menghindari perasaan: mengapa doaku tidak dikabulkan atau kalihatannya Allah tidak akan mengabulkan doaku.
Dalil : “Akan dikabulkan (doa) kalian selama tidak tergesa-gesa. Dia mengatakan, ‘Saya telah berdoa, namun belum saja dikabulkan‘.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Memantapkan hati dalam berdoa dan berkeyakinan untuk dikabulkan
Dalil : “Janganlah kalian ketika berdoa dengan mengatakan, ‘Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau mau. Ya Allah, rahmatilah aku, jika Engkau mau’. Hendaknya dia mantapkan keinginannya, karena tidak ada yang memaksa Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Khusyu’, Merendahkan Hati, dan Penuh Harap
Dalil : “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoakepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90)
6. Dengan suara lirih dan tidak dikeraskan
Dalil : “Janganlah kalian mengeraskan doa kalian dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS. Al-Isra: 110)
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55)
7. Menghadap kiblat.
--
Orang yang menjenguk orang sakit disunnahkan merukyah orang yang sakit, sebagaimana yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terlebih lagi jika yang menjenguk itu orang yang bertakwa dan orang yang shalih, karena rukyah mereka sangat bermanfaat disebabkan keshalihan dan ketakwaan mereka.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bila ada anggota keluarganya yang menderita sakit beliau meniupnya (merukyahnya) dengan membaca Al Mu’awwidzat.”
(Diriwayatkan oleh Al Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Malik). Al Hafiz Ibnu Hajar berkata, “Yang dimaksud dengan Al Mu’awwidzat adalah dua surat (Al Falaq dan An Nas) serta Al Ikhlas”.
Dan hal ini telah terbukti, ayah senang ketika dibacakan al-Quran..
--
Sebaiknya kita memilih doa yang paling lengkap dan bersemangat menggunakan doa-doa yang datang dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sesungguhnya doa-doa tersebut adalah doa-doa yang penuh berkah dan mengumpulkan seluruh kebaikan serta terpelihara dari kesalahan dan kekeliruan, seperti mengucapkan;
اللَّهُمَّ اشْفِ فُلَانًا،

“Ya Allah, sembuhkanlah si Fulan..”

Atau mengucapkan,
طَهُوْرٌ إِنْشَاءَ الله،

“Pembersih dosa, insya Allah.”

Atau mengucapkan:
أَسْئَلُ اللهَ الْعَظِيْمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ،

“Aku memohon kepada Allah, Pemilik ‘Arsy yang besar untuk menyembuhkannmu.”
Atau mengucapkan,
أللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ، أَذْهِبِ الْبَأْسَ، وَشْفِهِ أَنْتَ الشَّافِيْ، لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَماً،

“Ya Allah Rabb sekalian manusia, hilangkanlah penyakit, sembuhkanlah dia, Engkaulah Dzat Yang Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit.”
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membacanya, dan dapat kita amalkan. Agar doa kita semakin berkualitas dan cepat dikabulkan oleh Allah in syaa Allah..
6 Desember
00.43
Ruang tunggu ICU..

Sabtu, 05 Desember 2015

Tidak boleh berbuat kerusakan

Dari Abu Sa'id, Sa'ad bin Sinan Al-Khudri -radhiyallahu'anh-, sesungguhnya Rasulullahu shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak boleh melakukan perbuatan (mudharat) yang mencelakakan diri sendiri dan orang lain" (Hadits Hasan riwayat Ibnu Majah dan Daruqutni dan yang lainnya)

Orang yang merugikan saudaranya dikataan telah mendzaliminya.
Sedangkan berbuat dzalim adalah haram, sebagaimana telah dijelaskan pada hadits Abu Dzar:

"Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan diriku berbuat zhalim dan menjadikan haram juga diantara kamu, maka janganlah kamu berbuat dzalim"

Sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam:
"Janganlah engkau saling membahayakan dan saling merugikan"

Al Mahasini berkata:
yang dimaksud merugikan adalah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, tetapi menyebabkan orang lain mendappatkan mudharat. Ini adalah pendapat yang benar.

Sebagian ulama berkata:
Yang dimaksud dengan kamu membahayakan yaitu engkau merugikan orang yang tidak merugikan kamu.

Yang dimaksud saling merugikan yaitu engkau membalas orang yang merugikan kamu dengan hal yang tidak setara dan tidak untuk membela kebenaran.

Hadits ini sama dengan sabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam:
"Tunaikanlah amanat kepada orang yang memberi amanat kepadamu, dan janganlah kamu berkhianat kepada orang yang berkhianat kepadamu"

Yang dikatakan berkhianat hanyalah orang yang mengambil sesuatu yang bukan haknya atau mengambil lebih dari haknya.

Seseorang tidak boleh membahayakan saudaranya baik hal itu merugikan atau tidak, namun ia berhak unuk diberi pembelaan dan pelakunya diberi hukuman sesuai dengan ketentuan hukum. Hal itu tidak dikatakan zhalim atau membahayakan selama sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan oleh sunnah.


Disandur dari buku Syarah al Arba'in An Nawawiyah, Ibnu Daqiqil'Ied