Kamis, 23 Oktober 2014

Tafsir Surat Al-Ashr

Kajian : Tafsir Surat Al-Ashr
Ust. Cecep, Lc
Kamis, 28 November 2013
Selasar Masjid UI
FKI UI

Surah ke 103
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”  (QS. Al-Asr:1-3)
·        
Manusia berada dalam kerugian, Allah telah bersumpah atas nama waktu “Demi masa”
  •  Tanpa waktu yang kita miliki kita tidak bias berbuat apa-apa.
  •  Waktu merupakan taufik dari Allah
  • Setiap orang diberi waktu sama yaitu 24 jam namun banyak orang yang tidak menggunakan waktunya untuk mempelajari ilmu syar’I
·         Rugi ada dua macam :  
  • Rugi mutlak yaitu rugi dunia dan akhirat. Siapa? Yaitu orang-orang kafir. 
  • Rugi sebagian yaitu menunjukan sudah sejauh mana ia taat/takwa kepada Allah, kalo masih sedikit ya rugi.

·         Allah menjelaskan pengecualian orang-orang yang tidak rugi yaitu pada ayat ke tiga surat ini, yaitu orang-orang yang beriman, beramal sholeh, nasehat menasihati

 Beriman
  • Maksudnya? Dalam pengertian Ahlus Sunnah Wal Jamaah yakni meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan
  • Tiga hal tersebut harus dipenuhi. Yaitu, meyakini, mengucapkan dan mengamalkan
  •  Sekarang, apa yang harus diyakini, diucapkan dan diamalkan?? Orang-orang beriman harus tau, oleh karena itu kita harus belajara.
  • Tidak mungkin orang beriman tanpa ilmu.
  • Ilmu, amal, dakwah, sabar merupakan hal yang wajib bagi seorang muslim
  • Orang yang tidak berilmu tidak tau cara beriman, mengucapkan dan beramal
  •  Jadi apa yang diyakini? Yaitu rukun iman yaitu rukun yang harus diyakini. Selain rukun iman apa lagi yang harus diyakini? Yakni apa-apa yang ada di Al-Quran dan Hadits.
  • Menuntut limu hukumnya wajib bagi setiap muslim, kalau tidak maka berdosa.
  • Kalau iman kepada takdir bagaimana? Ada berapa tingkatan takdir?
  • Tingkatan takdir ada 4 yaitu :
§  Al-Ilmu yaitu mengetahui . Maksudnya,  Allah sudah tau apa yang telah terjadi, sedang terjadi dan yang akan terjadi.
§  Al-kitaabah yaitu menulis. Maksudnya, Allah telah menuliskan segala sesuatu dari awal sampai akhir di Lauhful Mahfuz. Dalilnya di surah Al-Hadid ayat 22.
“tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
§  Al-Masyi’ah yaitu kehendak. Maksudnya, ada yang dikehendaki miskin ada yang dikehendaki kaya, semua sudah diatur.
§  Al-kholku yakni pencipta. Maksudnya, Allah menciptakan segala sesuatu.
o   Cara menerima takdir :
§  Tidak sombong ketika mendapatkan nikmat karena itu sudah ditakdirkan
§  Tidak bersedih hati ketika mendapat ujian. Jangan bertanya ‘ kenapa Allah menguji saya?’ . Allah menguji untuk membuktikan apakah benar kita beriman atau tidak. Karena tidak dikatakan mereka beriman bila mereka tidak di uji.
o   Keyakinan, ucapan, amalan harus didasari oleh ilmu syar’I yang tepat sesua dengan Al-Quran dan Sunnah.
o   Demikian juga beriman kepada malaikat, rasul, kitab, dll butuh penjelasan rinci dan hanya dapat dicari dengan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu syar’I agar mencapai keimanan yang sempurna.
o   Kesimpulan : agar terhindar dari kerugian maka kita harus beriman, iman dicapai dengan menuntut ilmu maka kita harus bersungguh-sungguh mencari ilmu syar’i.
2.       Beramal sholeh
Ada 2 syarat berama sholeh.
1.    Ikhlas maksudnya untuk apa dia berbuat atau melakukan sesuatu yang baik? Jadi kembali ke tujuan. Kalau ikhlas maka ia telah beramal shaleh. Ikhlas semata-mata mencari Ridho Allah.
2.    I’tiba (sesuai dengan tuntunan Rasul) hal ini tidak mungkin diketahui tanpa belajar. Dari mana kita tahu amal kita sudah mengikuti Rasulullah atau belum kalau tidak pernah belajar?
o   Maka amal soleh pun akan didapat jika kita belajar ilmu syari.
o   Amalan sholeh mencakup lahir dan batin yang berhubungan dengan hak Allah dan hak hamba.
o   Amal soleh yang berhubungan dengan hak Allah yaitu mentauhidkan Allah. Hak Allah yang paling besar adalah tauhid. Selain itu kita beribadah dan tidak melakukan syirik.
3.       Saling berwasiat dengan kebenaran.
o   Saling menasihati, saling memberi dorongan kepada orang lain agar beriman dan beramal soleh inilah yang disebut dakwah.
o   Maka dakwah itu wajib, bukan hanya untuk para ustadz dan dai, tapi untuk semua kita.
o   Kalau tidak mau dakwah ya rugi.
o   Ilmu bukan hanya untuk kita tapi untuk dibagikan kepada orang lain dengan dakwah. Bisa melalui jejaring social.
o   Namun saat berdakwah harus dengan ilmu. Kalau sudah tau ilmunya segera dakwahkan.
o   Rasulullah bersabda, sampaikan lah darimu walau hanya satu ayat.
o   Kebenaran wajib disampaikan kepada orang lain mulai dari keluarga orang terdekat dan seterusnya dan seterusnya.
o   Berdakwah yaitu menyampaikan kebenaran walau kita belum bias mengamalkan, walau kita belum sempurna.
o   Kata Hasan Al-Basri “ wahai manusia, aku berbicara disini bukan berarti aku lebih baik dari kalian, bukan berarti aku tidak punya salah dan dosa. Kalau menunggu orang sempurna dulu baru berdakwah maka tidak akan ada pendakwah”. Tidak aka nada yang menyampaikan kebenaran jika manusia harus sempurna dahulu karena manusia tempatnya salah.
o   Menasihati beda dengan menjelek-jelekan.
o   Kalau menjelek-jelekan yaitu menasihati didepa orang lain yang ornag tersebut tidak suka dinasihati didepan orang lain.
o   Nasihat dari ustadz : ikhwan tidak boleh member nasihat pada akhwat melalui sms/telpon/dll karena bias menimbulkan fitnah. Jangan sampai niat baik menasihati  justru menjadi awal kebinasaan. Kalau mau menasihati tunjukan pada orang yang kenal dengan lawan jenis tsb.
4.       Mewasiatkan dalam kesabaran
o   Kapan kita bersabar?
§  Sabar ketika menjalankan ketaatan kepada Allah. Misal sabar diperintahkan shalat, berjilbab dll karena pada dasarnya manusia itu malas dan ingin ketenangan maka kita harus melawannya dengan sabar.
§  Sabar dalam menjauhi maksiat. Karena pada dasarnya manusia suka bersenang-senang seperti pacaran.
§  Bagaimana bisa sabar? Yakin bahwa Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersabar.
§  Orang yang tidak sabar maka ia berpacaran. Bagaimana bisa sabar? Yakin Allah telah menjanjikan balasan hal yang serupa namun halal yaitu pernikahan. Bagi orang yang tidak sabar maka Allah akan menghilangkan kenikmatan ketika halal. Allah menghilangkan kebahagian mereka, dilihat dari banyaknya perceraian orang-orang yang telah bertahun-tahun pacaran.
o   Barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah maka Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik.
Kesimpulan
Bahwasannya manusia itu rugi kecuali mereka yang mempunyai 4 pilar yaitu: beriman, beramal sholeh, menasihati dalam kebenaran dan menasihati dalam kesabaran.
Orang yang tidak rugi adalah orang yang menyempurnakan iman dan amal soleh dan menyempurnakan orang lain dengan menasihati dan sabar.

Pertanyaan
Bagaimana mengatur waktu kuliah, menghafal Al-Quran dan menuntut ilmu syar’i?

Jawab:
Waktu ada yang berkah dan ada yangtidak berkah. Waktu yang berkah berarti kita bisa membagi waktu kuliah, menghafal dan menuntut ilmu syari dan yang harus dilakukan adalah meminta keberkahan waktu kepada Allah.
Waktu itu seperti pedang kalau tidak bisa mengatur kita bisa terbunuh.

Nasihat :
Hafalan
Gunakan waktu untuk menghafal 1 atau 2 jam (habis subuh)
·        Rutinkan tiap hari 1 jam
·        Cari guru atau teman senior yang lebih banyak hafalannya untu menyetor hafalan.
·         Menyetor hafalan itu penting agar termotivasi lebih kuat.
·         Cari teman yang semangat hafalannya juga tinggi.
·         Lihat kekuatan menghafal.
·         Rutinkan hafalan tiap hari 1 jam, lihat dapat berapa baris. 2 baris kah atau berapa.
·        Cek dalam 1 jam mampu menghafal ¼ halaman, lalu rutinkan, tiada hari tanpa menghafal ¼ halaman.
·         Tidak tidur kecuali tertidur
·         Jika tidak ingin tidur maka membaca buku.
·         Untuk menuntut ilmu syari maka datanglah ke kajian-kajian, kalau tidak bisa hadir minta direkamkan pada teman.
·         Beli buku yang bermanfaat]

Minggu, 19 Oktober 2014

Mengapa Hamil Diluar Nikah Semakin Menjamur di Sawangan?





Bismillah,, 

Hai, halo semua.. kali ini saya mau posting sesuatu yang sudah lama jadi pemikiran saya. Tentang hamil di luar nikah.. hal ini ngga akan ada habisnya buat dibahas.. kenapa? Karena jumlah remaja yang hamil diluar nikahpun semakin banyak. Yah contoh kasus di daerah saya sendiri. Sawangan.

didaerahku banyak remaja yang hamil diluar nikah.. hati ini sedih banget saat mendengar akan ada yang menikah akibat hamil duluan :( kenapa bisa terjadi? kenapa semudah itu? :( 

tinggal nunggu diturunin azab aja kayaknya Sawangan. Tapi.. jangan sampai ya Allah..

Yah dari kasus-kasus itu, diam-diam saya mengamati.. apa sih yang menyebabkan hal ini semakin menjamur?

Selidik punya selidik, sayapun menyimpulkan beberapa point..
  1. Mereka tidak punya landasan agama yang kuat (aqidah) ya kalau ini saya paham, mereka aja rata-rata tidak berkerudung. Dan Ini merupakan penyebab paling dominan. Karena kalau mereka aqidahnya bagus maka semua akan bagus kan? mereka akan menjadi wanita shalihah dan tidak akan melakukan perbuatan sekeji itu.
  2. Pengaruh sinetron/film/video clip yang mengajarkan mereka hidup ala barat. Bebas, jauh dari agama.. ngajarin pa-ca-ran.
  3. Sehingga mereka berpacaran dan inilah puncaknya… semua kasus hamil diluar nikah yang udah terjadi didaerah saya itu yang saya amati, semua adalah gara-gara pacaran! atau bahasa kasarnya adalah “dihamilin pacarnya!”
  4. Orang tua yang selalu kecolongan. Kecolongan? Iya karena anaknya pinter bohong. Maka dengan ini orang tua harus cerdas. Himbauan untuk orang tua udah saya bahas di salah satu tulisan saya. bisa buka  ini  Hamil di Luar Nikah dan Himbauan Untuk Orang Tua
  5. Nah ini yang saya mau bahas nih, kenapa kasus ini semakin subur aja.. yaitu : sikap dan penanganan keluarga dan masyarakat yang salah! Ini akan saya perinci lagi pembahasannya..

Kenapa saya bilang sikap keluarga dan masyarakat yang salah?

Ya jadi gini, saat si korban (re: yang dihamilin pacarnya) pada akhirnya bilang sama orang tuanya bahwa dia telah hamil, respon orang tua manapun akan sangat marah, malu dan menangis tentunya. Ini fitrah manusia, siapa coba yang ngga malu kalo tau anaknya udah berhubungan suami istri padahal masih kecil? Mereka akan berpikir “apa kata orang? Gue akan di cap orang tua yang gak becus ngurus anak. Ngga bener ngedidik anak. Gue, gagal mendidik anak.” Dan lain-lain bukan hanya itu yang ada dipikiran mereka.

Mereka akan marah besar? Tentu. Bahkan marahnya adalah semarah-marahnya yang kamu pun belum pernah melihat dia semarah itu sebelumnya.. bahkan ada beberapa yang anaknya sampai dipukuli atau dihukum fisik. Ini wajar banget. Kamupun kalau jadi orang tua nanti pasti akan sangat malu punya anak yang bandel dan ketika semua orang tahu anakmu itu sudah dihamili/menghamili pacarnya artinya semua orang tahu bahwa anakmu pernah melakukan hubungan intim sama pacarnya sampai hamil, siapa yang ngga malu? Kamu seharusnya mikir ini sebelum semua terjadi! Kamu itu harapan mereka.. mereka rela banting tulang cari uang buat kamu sekolah, mereka rela panas-panasan dan begadang demi kamu agar kamu kelak sukses dan tidak susah seperti mereka tidak dipandang rendah oleh orang karena kamu orang berpendidikan dan berilmu, agar kelak kamu dihormati orang, Mereka hanya tidak mau kamu dihina orang kalau kamu bodoh.. agar kelak kamu bisa menolongnya di yaumil akhir. Dari kecil kamu disayang dan semua kebutuhanmu dipenuhi agar kelak kau bisa membanggakannya, tapi apa balasanmu? Saat kamu cerita bahwa kamu telah dihamili/menghamili, harapan itu seketika hancur bersamaan dengan hancurnya perasaan dan hati mereka.

Orang tua malu, kecewa, marah, bahkan sampai main fisik karena kemarahannya. Namun, semarah-marahnya orang tua dia tidak akan tega melihat anaknya seperti itu. Dan disinilah letak kesalahannya.

Langkah yang paling sering dilakukan disini adalah menikahkan pihak yang dihamili dengan yang menghamili. Inilah salah satu kesalahan terbesar yang juga menjadi factor semakin mejamurnya kasus ini. seakan-akan tidak ada jalan lain selain dinikahkan, semua pasti dinikahkan. alasan dinikahkan yakni untuk menanggung malu kedua belahpihak keluarga, dan biasanya pernikahannya ini buru-buru dan tertutup. Ada yang akadnya malam, ada yang akadnya di KUA.

Tau gak kenapa jalan ini salah? Sebelum meninjaunya dari kacamata syariat, saya akan meninjaunya dari pendapat saya sendiri.

Hal ini salah karena tidak akan menimbulkan efek jera pada pelaku yang dihamili/menghamili dan menimbukan semakin banyak kasus ini terulang. karena mereka akan berpikir “ah hamil diomelin juga paling bentar paling seminggu atau dua mingguan keluarga marah, nanti juga pasti buru-buru dinikahin buat nutupin aib dan sebelum kandungan ini semakin gede, nanti juga orang tua luluh liat anak gue lahir, gak mungkin marah sampe lama, yaelah semarah-marahnya orang tua” begitulah pikiran mereka. Mereka melihat dari kasus-kasus yang sudah terjadi yang diakhiri dengan pernikahan.

Mereka berpikir:

Gue hamil -> pas kasih tau gue hamil orang tua pasti marah besar -> orang tua marah paling seminggu-2minggu -> gue dinikahin buru-buru buat nutupin aib keluarga -> gue nikah -> semua orang bahagia -> mereka dateng dan mendoakan gue -> gue seneng dipesta pernikahan gue dan semua yang dateng juga seneng -> masalah selesai -> semua orang biasa aja setelah gue nikah.

Itu yang terjadi di masyarakat daerah saya,  penanganan yang tidak tepat dan menimbulkan semakin berjamurnya kasus ini. semakin menjamur karena para remajanya akan berpikir seperti itu ketika dia terjerat kasus tersebut karena memang hal itu yang pasti dilakukan oleh keluarga yang anaknya hamil diluar nikah. Sudah tradisi!

Salahnya kita, sebagai masyarakat, kita turut bahagia dalam pernikahan mereka. Kita memberi selamat dengan sangat manis. Selamat untuk apa? Menurut saya itu sama aja kaya meridhoi perbuatan mereka. Mereka hamil diluar nikah dan kita kasih selamat. Iya saya paham, selamat disini sebagai simbolisasi aja karena mereka menikah dan sedang berbahagia. Itu emang wajib banget buat turut bahagia dalam pernikahan seseorang. Tapiii, ini based my opinion yaaa saya pribadi bahagia liat temen nikah, tapi saya gak suka melihat penyebab pernikahan mereka (bagi yang hamil duluan). Jadi bukan salah nikah mudanya, yang salah adalah penyebab pernikahannya. Kadang agak gimana gitu buat menghadiri pernikahan yang penyebabnya adalah karena hamil duluan, karna saya mikir saya berarti ikut memberi selamat, meridhoi dan turut bahagia atas apa yang mereka telah perbuat yakni hubungan suami istri diluar nikah dan menghasilkan anak. Saya benci perbuatan itu, kenapa? Karena Allah juga membencinya. Saya benci perbuatannya ya bukan benci orangnya. Kalau dengan orangnya saya pasti akan tetap bermuamalah dengan baik dengan mereka.

Dan setelah resepsi pernikahan selesai, semua kembali normal. Seakan masalah selesai, masyarakat juga menganggap semua selesai. Mereka diterima lagi dimasyarakat seakan tidak terjadi apa-apa. Rasa malu telah hilang. Seakan hal tersebut telah hilang ditelan bumi.

Mereka diterima lagi dimasyarakat? Ini bagus tapi akan membuat kasus ini kembali menjamur karena tidak ada efek jera sama sekali disini.
Paham ya maksud saya? Ya saya ingin mengajak untuk sama-sama berpikir aja bahwa tindakan yang dilakukan untuk kasus tersebut belum tepat dan justru bakal menimbulkan semakin menjamurnya kasus tersebut.

Saya sediri merasakan bahwa, mendengar berita si fulanah atau fulanah lain yang telah dihamili dan akan segera menikah rasanya sudah mulai biasa karena saking biasanya disini. Dan seakan semua masalah selesai ketika mereka dinikahkan dan akan timbul kasus baru. Ya Allah..semudah dan sehina itukah arti pernikahan?? 

Satu hal yang perlu kau pikirkan.. bahwa pernikahanmu mungkin menyelesaikan masalahmu dengan keluarga dan masyarakat tapi tidak dengan Allah, pernikahanmu tidak menghapus dosa zina yang telah kau lakukan, kecuali engkau bertaubat dengan taubat yang sebenar-benarnya.

segeralah bertaubat kepada Allah dan mintalah ampunan-Nya.. 
Jika kau butuh aku, aku disini..

Oke itu based on my opinion yaaa.. sekarang kita tinjau dari kacamata syariat akan saya tulis di part 2 in syaa Allah..

Ditulis
Sabtu, 18 Oktober 2014
23.30-01.08
Muthiara Maharani Azis

Sabtu, 18 Oktober 2014

Muslimah Setelah Lulus Kuliah

Pendahuluan
Di antara nikmat Allah yang paling besar yang dikaruniakan kepada kita yaitu nikmat mendapatkan petunjuk kepada agama yang Allah ridhai ini, agama Islam, yang merupakan satu-satunya agama yang utama dan lurus di antara agama-agama yang lain. Agama Islam telah memberikan setiap hak kepada sesuatu yang memang berhak menerimanya dan telah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.

Dalam perkara ‘ubudiyah (peribadatan), hal tersebut direalisasikan dengan beribadah hanya kepada
 Allah semata, tak ada sekutu bagi-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّين

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama” (QS. Al Bayyinah : 5)

Adapun dalam perkara muamalah, agama Islam memerintahkan untuk menunaikan hak kepada sesuatu yang memang berhak menerimanya. Ada hak yang harus ditunaikan bagi diri sendiri, keluarga, kerabat, dan bagi orang-orang yang bergaul dengan kita. Dalam urusan perjanjian antara kita dengan orang lain, agama kita juga memerintahkan untuk menunaikan janji dan melarang kita untuk berkhianat dan menyelisihi perjanjian tersebut.

Agama kita ini, alhamdulillah, memerintahkan untuk memiliki akhlak yang terpuji, baik secara umum atau terperinci, serta melarang melakukan perbuatan yang buruk, baik secara umum maupun terperinci. Oleh karena itu, barangsiapa yang benar-benar merenungkan aturan-aturan dalam agama ini, maka ia akan mendapati Islam adalah satu-satunya agama yang baik dan lurus pada semua tempat dan waktu. Islam merupakan pujian, kehormatan, dan kemuliaan bagi pemeluknya serta akan menghantarkan pemeluknya pada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan agama Islam pula pemeluknya akan menjadi lebih baik, jasmani maupun ruhani. Barangsiapa yang meragukan hal tersebut hendaklah dia mentelaah kembali generasi awal Islam ketika kaum muslimin saat itu merupakan generasi Islam yang sebenarnya, lahir maupun batin. Kehidupan dunia dan orang-orang yang berbuat tipu daya tidak mampu memperdayakan mereka dari Allah.

Oleh karena itu, kita wajib bersyukur atas nikmat bisa memeluk agama yang lurus ini dan mengokohkan nikmat yang agung ini dengan berbuat amal sholih yang sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam baik secara lahir maupun batin, yang tersembunyi maupun yang tampak. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِن تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْماً غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ

Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini.” (QS. Muhammad : 38)

Adapun nikmat beragama Islam ini jika kita mau bersyukur, maka akan terus menetap dalam diri kita bahkan terus bertambah. Sedangkan jika kita ingkar, maka akan lenyap dan digantikan dengan syiar kekufuran, bid’ah, dan kesesatan. Sebagaimana nikmat berupa keamanan jika tidak disyukuri maka akan digantikan dengan ketakutan, nikmat berupa rizki jika tidak disyukuri maka akan digantikan dengan kefakiran. Maka, nikmat Islam lebih patut untuk disyukuri daripada hal-hal tersebut. Sampai di sini kutipan dari tulisan Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin.
Allah Ta’ala juga berfirman,

لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih“.(QS. Ibrahim : 7)

Bentuk rasa syukur seorang hamba adalah berporos pada tiga pondasi dasar berikut, dimana tidaklah seorang hamba itu dikatakan bersyukur kecuali dengan mengumpulkan ketiga hal tersebut dalam dirinya. Pertama, mengakui nikmat tersebut dalam hatinya. Kedua, mengungkapkan atau manampakkan dalam lisan maupun anggota badannya. Ketiga, menggunakan nikmat tersebut untuk melakukan ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu syukur dapat berupa amalan hati, lisan, maupun anggota badan. Amalan hati yakni dengan mengakui nikmat tersebut berasal dari-Nya dan mencintai Sang Pemberi nikmat, amalan lisan yaitu dengan memuji dan menyanjung Allah dengan penuh rasa pengagungan, dan amalan anggota badan yaitu dengan mempergunakannya untuk melakukan ketaatan kepada Allah dan menjaganya dari melakukan kemaksiyatan.

Hukum Keluarnya Wanita dari Dalam Rumahnya
Pada umumnya, setelah lulus dari kuliah, maka seorang lulusan perguruan tinggi akan berlomba-lomba mencari pekerjaan baik pada sektor swasta ataupun sebagai pegawai negeri sipil. Sebelum jauh melangkah, hendaknya seorang muslimah memperhatikan langkahnya agar selamat di dunia dan akhirat. Agama Islam tidaklah melarang seorang muslimah untuk mencari rizki (menghasilkan uang), akan tetapi segala sesuatunya harus dipandang dalam bingkai syariat.
Hukum asal seorang wanita adalah tetap berada di rumahnya. Sebagaimana dalam firman Allah,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنّ

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu” (QS. Al Ahzab : 33)

Imam Ibnu Katsir berkata, “Yaitu, dan istiqamahlah di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian keluar tanpa ada hajat (keperluan).”

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata, “Tetaplah kalian di dalam rumah kalian karena hal tersebut lebih selamat dan terjaga”

Perintah Allah kepada para wanita untuk tetap berada di rumahnya merupakan suatu ibadah yang sangat agung yang mengandung banyak hikmah. Karena makna ibadah mencakup seluruh amalan yang dicintai dan diridhai Allah. Dan tidaklah Allah memerintahkan suatu amalan kecuali Allah mencintai dan meridhai amalan tersebut.

Hal ini sebagaimana makna ibadah yang telah didefinisikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sebagai sebuah kata yang mencakup seluruh bentuk amalan yang dicintai dan diridhai Allah baik berupa perkataan dan pebuatan, yang tampak ataupun tidak tampak. Dengan perkataan lain, ibadah yaitu mematuhi segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya .

Dengan menetapnya seorang wanita dalam rumahnya maka ia akan dapat mengerjakan berbagai keperluan rumah tangga, memenuhi hak-hak suaminya, mendidik anak-anak mereka, serta melakukan berbagai amal kebajikan. Jika seorang wanita sering meninggalkan rumahnya, niscaya ada kewajiban-kewajiban yang ia tinggalkan sehingga kerusakan pun merajalela. Betapa banyak kita dapati pada masa sekarang ini kasus perzinaan, pembunuhan, dan kasus kriminal lainnya yang salah satu penyebabnya adalah istri atau ibu meninggalkan keluarga mereka untuk bekerja di luar daerah sehingga hak-hak suami atau anak-anak mereka menjadi terabaikan.

Meski demikian, Allah telah memberikan keringanan kepada para wanita untuk keluar rumah apabila ada keperluan yang mendesak. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Pada suatu malam Saudah bintu Zam’ah keluar rumah (untuk suatu keperluan). Umar melihatnya dan mengenalinya. Dia pun berkata, “Demi Allah, sesungguhnya engkau, wahai Saudah, tidaklah tersembunyi dari kami”. Maka Saudah pun kembali kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan kejadian tersebut pada beliau. Beliau sedang berada di rumahku untuk makan malam dan saat itu tangan beliau sedang memegang segelas susu. Maka, turunlah firman Allah yang meringankan permasalahan tersebut.

Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya Allah telah memberi ijin kepada kalian untuk keluar rumah demi menunaikan keperluan kalian’” (HR. Bukhari)

Perhatikanlah, wahai saudariku, bukankah aturan bahwasanya seorang wanita hendaknya tetap di dalam rumahnya adalah aturan yang justru memuliakan para wanita. Wanita tidaklah diberi beban untuk mencari nafkah sebagaimana seorang bapak atau ayah. Salah satu hikmahnya yaitu karena wanita memiliki kekuatan fisik yang berbeda dengan laki-laki. Setiap bulannya wanita juga harus mengalami haid. Ketika melahirkan, mengalami nifas dan saat menyusui pun seorang wanita akan mengalami kelemahan yang tidak dialami laki-laki. Secara fitrahnya, anak juga akan lebih aman dan nyaman ketika dekat dengan ibunya. Maka tidak ada tempat yang paling baik dan paling aman bagi seorang wanita kecuali tetap berada di rumahnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya wanita itu adalah aurat. Tatkala ia keluar rumah maka setan akan menghias-hiasinya” (HR. Tirmidzi dan dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’  hadits no.6690).

Adab-adab Keluar Rumah
Sebagaimana telah dijelaskan pada tulisan di atas, seorang muslimah diperkenankan keluar dari rumahnya apabila ada keperluan yang mendesak. Meski demikian, hendaknya ia tetap memperhatikan adab-adab berikut tatkala akan keluar rumah.
  1. Mengenakan hijab yang syar’i.
  2. Tidak menggunakan wewangian. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang wanita yang menggunakan wewangian lalu melewati sekumpulan orang, maka wanita tersebut begini dan begini – yaitu berbuat zina” (HR. Tirmidzi dan dia berkata. “Hadits hasan shahih)
  3. Merendahkan suara langkah kakinya agar suara sandalnya tidak terdengar. Allah Ta’ala berfirman,
    وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِن زِينَتِهِنّ
    Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.” (QS. An Nur : 31)
  4. Jika wanita tersebut berjalan bersama temannya, hendaklah mereka tidak saling mengobrol jika ada lelaki di dekatnya. Hal ini bukan karena suara wanita adalah aurat, akan tetapi terkadang jika seorang lelaki mendengar suara wanita, hal itu akan menimbulkan godaan.
  5. Harus meminta ijin pada suaminya jika ia telah bersuami. Jika belum, maka harus seijin walinya.
  6. Jika akan mengadakan perjalanan yang sudah tergolong safar, maka harus disertai mahram. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Imam Bukhari dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, “Wanita tidak boleh melakukan safar kecuali disertai mahramnya“. Hadits ini juga berlaku umum untuk safar menggunakan pesawat atau selainnya.
  7. Tidak berdesakan dengan laki-laki meski ketika thawaf dan sa’i. Jika memungkinkan untuk berjalan tanpa berdesakan maka hendaknya ia lakukan.
  8. Menghiasi dirinya dengan malu.
  9. Menundukkan pandangan.
  10. Tidak menanggalkan pakaian luarnya untuk tujuan bersolek kecuali di dalam rumah suaminya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wanita manapun yang menanggalkan pakaian selain di dalam rumah suaminya, terkoyaklah apa yang ada di antaranya dengan Allah” (Hadits shahih dari hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha di dalam Musnad Imam Ahmad)
Mau Kemana Setelah Lulus Kuliah?
Sejatinya, ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan seorang wanita selepas dari bangku kuliah. Bagi yang menghendaki bekerja, maka yang paling utama dipilih adalah pekerjaan yang dapat dilakukan di rumah dengan tanpa melalaikan kewajiban utama sebagai seorang istri atau ibu. Beberapa pekerjaan yang dapat dilakukan dari dalam rumah, antara lain:
  1. Penjahit pakaian wanita dan anak-anak (konveksi).
  2. Penulis buku atau majalah.
  3. Usaha jual beli seperti membuka warung, toko, atau toko on-line.
  4. Produsen berbagai kerajinan.
  5. Jasa seperti usaha laundry, fotokopi, pengetikan, dll.
  6. Katering atau rumah makan.
  7. Bimbingan belajar.
  8. Praktek medis (misal: bidan, dokter, dokter gigi, dan lain sebagainya).
  9. Salon kecantikan khusus muslimah.
  10. Dan lain sebagainya.
Adapun jika terpaksa bekerja di luar rumah, maka seorang muslimah hendaknya memilih pekerjaan yang tidak menyimpang dari jalur syariat seperti :
  1. Pengajar sekolah untuk anak-anak dan wanita.
  2. Tenaga medis khusus pasien anak-anak dan wanita.
  3. Karyawan perusahaan yang tidak bercampur antara lelaki dengan wanita.
  4. Dan lain sebagainya.
Yang terpenting dari itu semua adalah membekali diri dengan ilmu syar’i dan wawasan serta keterampilan terkait dunia yang  akan digelutinya tersebut. Seorang wanita yang akan menikah tentu saja harus membekali diri dengan ilmu yang terkait dengan hukum-hukum seputar pernikahan, hak-hak suami, pendidikan anak, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan wanita yang akan  bekerja. Ia harus mengetahui lapangan pekerjaan apa saja yang diperbolehkan syariat, syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhinya jika ia akan terjun dalam dunia kerja, adab-adabnya, dan sebagainya. Sebagai contoh, seorang wanita yang akan menekuni usaha jual beli. Selain harus mengetahui seluk beluk dunia yang akan digelutinya, dia juga harus memahami fikih jual beli agar usahanya tidak melanggar aturan syariat.

Penutup
Hendaknya seorang wanita yang akan atau sudah lulus kuliah tidak gamang dalam menatap masa depannya. Kesuksesan tidaklah diukur dengan banyaknya harta, karier yang bagus, atau hal-hal lain yang bersifat keduniawian. Akan tetapi, kesuksesan sejati itu diukur dari seberapa banyak seseorang tersebut dapat mengamalkan berbagai aturan agama yaitu kesuksesan yang dapat menghantarkan seseorang pada kenikmatan abadi di surga.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيرُ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; itulah keberuntungan yang besar.” (QS. Al Buruuj: 11)
Yakinlah, wahai saudariku, bahwasanya dengan ketakwaan kita kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan jalan keluar dan memudahkan segala urusan kita.
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاً
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS. Ath Thalaq: 2)
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْراً
Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath Thalaq: 4)
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات
***
muslimah.or.id
Penyusun : Ummu Nabiilah Siwi Nur Danayanti, S. Farm., Apt.
Referensi
DR. ‘Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alusy Syaikh, Lubabut Tafsir min Ibni Katsir (Terjemah), Jilid 6, cet.III, Pustaka Imam Syafii, Bogor, th. 2006 M.
Ibnu Rajab, Ibnul Qayyim dan Abu Hamid Al Ghazali, Tazkiyatun Nufus wa Tarbiyatuha kama Yuqarriruhu Ulama As Salaf, dikumpulkan dan disusun ulang oleh Dr. Ahmad Farid, Darul Qalam, Beirut, Libanon.
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah Ar Rajihi, Syarh Al ‘Ubudiyyah li Syaikhil Islam Ibni Taimiyyah, cet.I, Darul Fadhilah, Riyadh, th. 1420 H.
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, Taisir Al Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan, cet.I, Dar Ibni Hazm, Beirut, Libanon, th. 1424 H.
Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin, Fiqh Mar’ah Muslimah, dikumpulkan dan disusun ulang oleh Sholah As Sa’id, Darul ‘Aqidah, Iskandariyah, Mesir, th. 1428 H.
Ummu Abdillah bintu Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i, Nashihati lin Nisa’, Darul Atsar, Shan’a, Yaman, th. 1426 H.
Penulis ringkas dari mukadimah Nashaih Haula At Tabarruj was Sufur wal Ikhtilath dalam Fiqh Mar’ah Muslimah hal. 599-601
Tazkiyatun Nufus, hal. 93.
Terj. Lubabut Tafsir min Ibni Katsir, hal. 477.
Taisir Al Karimirrahman, hal. 633.
Syarh Al Ubudiyyah, hal. 6
Nashihati lin Nisa’, hal. 122-123.

copast dari muslimah.or.id

Kamis, 09 Oktober 2014

Catatan Hati



Ya Allah jika memang ini aku lakukan Ikhlas mengharap ridha-Mu maka mudahkanlah aku melewatinya ya Allah..

Aku telah merelakan sesorang yang sangat aku cintai demi menjalankan syariat-Mu ya Rabb..

Aku telah merelakan hal-hal yang membahagiakan diriku ‘menurutku’ demi menjalankan syariat-Mu ya Rabb..

Aku rela bertahun-tahun menahan dan berusaha mematahkan rasa rindu pada orang yang aku kasihi dulu ya Rabb..

Aku rela bersikap cuek dan membatasi interaksi pada orang yang sebenarnya sangat aku pedulikan keberadaannya ya Rabb..

Aku rela meninggalkannya tanpa kabar sedikitpun demi menjalankan perintah-Mu ya Rabb, walau sebenarnya aku ingin sekali memberinya kabar atau sekadar chatting.

Aku rela menjauhinya padahal aku ingin sekali berada didekatnya demi mematuhi perintah-Mu ya Rabb..

Ya Rabbi, aku lakukan itu semua karena Engkau.. berharap ridha-Mu dan berharap mendapat balasan terindah dari-Mu sesuai janji-Mu ya Rabb..

Walau pada akhirnya aku benar-benar kehilangan orang yang aku kasihi karena sikapku tersebut, sikapku yang berlari menjauhinya dan mendekat pada-Mu.. Semoga Engkau membalasnya dengan yang lebih indah ya Rabb..

Kehendak-Mu pasti selalu indah, tidak ada yang sia-sia dan pasti ada hikmah dibaliknya.
Ya Allah dengan ini engkau sedang mengajarkanku tentang kerelaan, kesabaran, lapang dada dan berbaik sangka pada-Mu, bukan?

Lalu jika aku lulus, Engkau akan memberikan-Ku yang lebih baik bahkan Surga kan ya Allah?? Pasti iya, karena Kau telah berjanji dan aku percaya..

Ya Allah, tapi jangan Kau tinggalkan aku sendirian merasakan sedih ini, aku rapuh.. hatiku lemah. Aku hanya seorang perempuan yang terlalu berperasaan..

Kuatkan hatiku ya Allah, sibukkan diriku dengan ilmu dan amal.. jadikan cobaan-Mu ini sebagai wasilah untukku agar semakin dekat pada-Mu ya Rabb..

Kuatkan mataku untuk tidak lagi meneteskan air mata karena hal ini.

Teguhkan pendirianku atas agama-Mu.. Selalu berada dalam koridor syariat-Mu walau kerikil tajam yang harus ku injak.

ya Allah, atas cobaan ini, aku berpikir.. Engkau Maha Baik padaku.. disini Kau ingin menunjukan siapa sebenarnya dia, sebelum dia menjadi jodohku. Alhamdulillah ‘alaa kulli haal. Mungkin dia bukalah yang terbaik untukku. Dan aku percaya, Engkau telah menyiapkan jauh yang lebih baik untukku sebagai balasan-Mu pada apa yang telah aku tinggalkan.

Ya Allah, tidak ada tempat mencurahkan hati paling indah dan menyejukan selain pada-Mu.. 

Semoga menjadi ibroh (pelajaran) bagi kalian yang sedang berlari menjauhi apa yang dilarang Allah dan berlari mendekat pada-Nya.. bahwa bukan kamu saja yang merasakan banyaknya pengorbanan dan kesusahan hati karena harus melawan hawa nafsumu. Banyak diantaramu juga yang sedang berusaha menjadi lebih baik walau harus menginjak kerikil tajam, kamu tidak sendirian.. ingatlah, Janji Allah itu Pasti Benar dan Allah memeberi balasan paling indah bagi orang-orang yang bersabar. 

Diambil dari kisah nyata seorang perempuan yang tidak mau disebutkan namanya demi menjaga keikhlasannya.
ditulis Kamis, 09-10-14 pkl 08.08

Senin, 06 Oktober 2014

Jangan Banyak Berharap, Bisa Jadi Bukan Jodoh!



Mungkin bagi sebagian wanita judul ini agak mengerikan ya hehehe tapi disini saya mau bercerita masalah judul tersebut.

Allah itu memang Maha Membolak-balikan hati manusia, percaya kaaan?? Ya harus percaya dong… hati manusia kan milik Allah.. jangankan membolak balikan hati manusia, menghidupkan yang mati aja bisa! Gak ada yang gak mungkin bagi Allah, termasuk soal jodoh eaaaa heheheh

Kamu pasti sering denger ini “manusia hanya berencana, yang menentukan kan Allah” ya kan? Heheeh udah ah intermezzo nya langsung cerita aja.. udah gak sabar yaaaa soalnya yang berbau jodoh itu agak-agak sensitive gimanaaa gituuuu… heheh

Oke dalam cerita ini saya akan menggunakan nama samaran, maksudnya nama pelaku dalam cerita ini saya samarkan, saya ambil ceritanya aja dan mudah-mudahan bisa jadi ibroh (pelajaran) buat kita semua khususnya saya..

Ini cerita pertama. Untuk pemeran pertama dalam cerita ini kita panggil saja dia dengan panggilan si Akhwat.

Jadi Akhwat ini sedang merasakan suatu hal yang sangat menguras otaknya untuk berfikir. Masih belum percaya dengan apa yang baru saja dialaminya. Mengalami apa? Hehehe jadi ada seorang ikhwan yang mau melamarnya dekat-dekat ini sekitar 1 bulan lagi si ikhwan bersama orang tuanya itu mau kerumahnya untuk bertemu orang tua si Akhwat ini. Mereka sudah lumayan lama berkomitmen, sudah hampir 2 tahun saling menunggu dan mencintai dalam diam, saling menjaga perasaaan dari orang ketiga, dan saling menunggu waktu ‘indah’ itu.. mereka tidak memilih jalan pacaran karena mereka tahu itu dosa. Si Akhwat ini selama 2 tahun itu sibuk memperbaiki dirinya dengan menuntut ilmu syari sebagai bekal persiapan rumah tangganya kelak dan persiapan akhiratnya tentunya, sekian lama menuntut ilmu agama si Akhwat ini semakin membatasi dirinya dari laki-laki termasuk kepada si calonnya ini, kenapa? Karena sudah semakin tahu ilmunya. Dia mikirnya “kan yang dijalani itu perintah Allah jadi gak akan mungkin merugi” sampai benar-benar ngga berhubungan lagi dengan calonnya. Ya sebelumnya juga ngga sih, paling cuma kalo ada hal-hal penting aja, tapi kali ini Akhwat benar-benar membatasi dirinya dari laki-laki manapun sampai-sampai menghapus pertemanan dengan semua laki-laki ajnabi (bukan mahram) di BBMnya. Akhwat melakukan ini agar hatinya lebih terjaga dari fitnah laki-laki. Itu sih singkat ceritanya.. sebenernya gak sesingkat ini tapi yaudahlah cape juga ngetiknya haha

Nah sampailah pada suatu malam, setelah sekian lama tidak ada komunikasi tiba-tiba si ikhwan ini SMS dan bilang bahwa orang tuanya mau datang ke rumah si Akhwat untuk menemui orang tuanya si Akhwat, akhirnya si Akhwat membalas pesannya dan terjadilah chatting. Chattingnya membahas masalah kedepannya mau gimana, karena setelah sekian lama si akhwat ini memang jadi berpikiran untuk menunda nikahnya karena ada suatu target yang harus ia capai, ia sedang mengumpulkan uang untuk menaikan bapaknya umrah, kalau dia menikah dia khawatir cita-citanya itu terhambat karena uangnya untuk rumah tangganya dan ia ingin menyelesaikan studinya dulu yang tinggal 1,5 tahun lagi tapi satu sisi pun si akhwat ini juga ingin menikah cepat karena ia juga mencintai si calonnya itu, sampai akhirnya terjadi dilema yang lumayan menguras pikiran si akhwat ini. karena dilemma ini si akhwat minta untuk shalat istikharah dulu dan meminta biodata si ikhwan untuk lebih meyakinkan hatinya agar bisa menikah cepat, karena ada beberapa hal yang menjadi pertimbangannya, dan si akhwat ini berharap sambil ia istikharah dan menunggu biodata itu, kemudian biodatanya jadi ada sebuah jawaban dan keyakinan untuk bisa menikah cepat dengan izin Allah. Isi biodatanya ya standar biodata orang mau taarufan gitu, isinya visi-misi kedepannya gimana, kalo udah berumah tangga gimana, kriteria istri idamannya gimana, apa yang gak dia sukai dengan tujuan supaya si akhwat menjaga dirinya dari hal yang gak disukai suaminya, kalau udah punya anak gimana, sudah sejauh mana dia mempelajari agama, lalu tentang keluarganya gimana dan lain-lain, yah standar biodata taarufan kan emang gitu, dari mana lagi kita tahu tentang calon pendamping kita kalo bukan dari situ? Memang si akhwat ini sudah mengenal baik siapa calonnya, karena sudah lama kenal bahkan sebelum keduanya hijrah (menjadi lebih baik) makanya kenapa memilih proses ini daripada pacaran. Tapi karena benar-benar telah membatasi diri dari laki-laki si akhwat ini jadi kurang tahu bagaimana visi-misi calonnya itu. Makanya dia minta biodatanya. Hem awalnya si ikhwan ini menyanggupi, tapi pas si akhwat minta biodata tentang sejauh mana belajar agamanya, kajian dimana, guru ngaji siapa tiba-tiba si ikhwan menolak membuat, katanya kebanyakn dan entah kenapa bener-bener ngga mau buat. Padahal si akhwat juga tidak meminta bahwa calonnya harus sempurna, dia pasti akan menerima calonnya itu apa adanya. Tapi ya singkat cerita si ikhwan ini mundur.

Si akhwat sendiri benar-benar bingung dimana kesalahannya, dia cuma minta biodata aja tapi si ikhwan malah ngejudge si akhwat bukan seperti orang yang dia kenal karena sudah terlalu lama tidak berkomunikasi dan sudah lama kenal kenapa harus minta biodata lagi. Hem saat itu si akhwat bingung, dia berpikir tadinya si ikhwan mau kasih bikinin biodatanya tapi tiba-tiba ngga mau. Padahal apa yang diminta si akhwat ini benar-benar standar bahkan merupakan salah satu proses pengenalan sesuai syariat ya begitu. Si akhwat Cuma ingin mengenal calon pendamping hidupnya itu lebih dalam lagi melalui proses yang sesuai syariat, bukan dengan ngobrol berduaan membicarakan masa depan, toh setelah membaca biodata si ikhwan bukan berarti akan ditolak kan? 
Dan sebenarnya maunya si akhwatpun dia memberi biodata tentang si akhwat ini dengan konten yang sama untuk si ikhwan, agar sama-sama saling tahu visi-misinya dan jika ada ketidakcocokan bisa dibicarakan dari sekarang daripada saat sudah berumah tangga nanti kan? Bisa-bisa akan menimbulkan keretakan rumah tangga. Jadi niatnya mau menyatukan visi-misi dan mempersiapkan diri agar bisa menjadi apa yang calon suaminya inginkan dan mengetahui langkah yang diambil ketika sudah berumah tangga kelak jika sudah mengetahui karakter dan pola pikir masing-masing dalam menjalani rumah tangga. Cuma itu maunya si akhwat. Dan si akhwat pun akan meberitahu maunya dia gimana saat sudah berumah tangga melalui biodata itu dan setelah memberi tahu keinginannya akan bertanya apakah si calon menyanggupi atau gimana.. si akhwat hanya ingin mengenal pola pikir, karakter dan apa yang diinginkan calon pendampingnya itu, ngga lebih. Kalau masalah kasih sayang/rasa cinta maka saya katakan buat apa si akhwat mau menjalani komitmen selama hampir 2 tahun??

Tapi si ikhwan ngga mengerti maunya akhwat ini ya karena si akhwat gak kasih tahu.. akhirnya si ikhwan mundur dan si akhwat terima namun penuh kekecewaan. Yah sayang aja udah lama menunggu dan berkomitmen tapi saat meminta biodata saja si ikhwan mundur. Tapi dari sini si akhwat berkesimpulan bahwa memang tidak ada keseriusan dan perjuangan. Jika memang ingin si akhwat jadi istri si ikhwan kan apapun pasti dilakukan, tapi ini? buat biodata aja gak mau. Kan payah ya hehehe

Tapi ada satu cerita lagi yang ngga kalah menarik dan mengenaskan haha cerita diatas akan saya bandingkan dengan cerita dibawah ini.

Ceritanya hampir sama tapi ini lebih nyessss…. Yah kita samarkan saja yah namanya, anggap yang si laki-laki namanaya A yang perempuan namanya B. jadi mereka berdua udah komitmen akan menikah sudah hampir 3 tahun malah, jadi sebenernya si A ini udah nungguin si B buat dinikahin sejak 3 tahun lalu, tapi karena saat itu si B baru masuk kuliah di Universitas di Medan jurusan kedokteran maka orang tua si B belum menyetujuinya. Tapi singkat cerita si A mendatangi orang tua si B di Medan untuk meminta anaknya untuk dinikahi, akhirnya terjadi kesepakatan dan proses melobby yang panjang bahwa anaknya boleh menikah di semester 6. Waktu terus berlanjut tidak terasa 8 bulan lagi mereka bisa melangsungkan pernikahan setelah hampir 3 tahun saling menunggu dan mencintai dalam diam dan kejauhan. Karena si A ini adanya di Depok. Sampai akhirnya Agustus kemarin si A tiba-tiba SMS si B meminta menyudahi hubungannya, alias sudah tidak mampu lagi berkomitmen. Si B galau dan belum bisa terima, namu ngga lama saat masih diselimuti galau si A memberi tahu bahwa ia akan menikah bulan depan. Jlebbbbbb si B seakan sudah jatuh tertimpa tangga pula! Dan si A memberi undangan pernikahannya ke si B. ya Allah kalo itu terjadi sama saya gimana perasaan ini yaaaaa L kejam banget dahhhhh…. Jlebnya sampe ke ubun-ubun kali ya.. saya sendiri di undang ke pernikahan si A itu tapi ngga dateng heheheh…  hem sayang aja gitu udah bertahun-tahun komitmen bahkan orang tua si A udah sayang banget sama si B begitu juga sebaliknya, orang tua si B udah setuju sama si A tinggal nunggu 8 bulan lagi buat nikah ehhhhh malah si A nikah duluan dengan enaknya memutuskan hubungannya dengan si B.. kasian banget si B, pasti galau bangetttttt… hatinya pasti hancur berkeping-keping hikssss

Jadi dari 2 cerita diatas, ibrohnya adalah..

Walau kita sudah berkomitmen belum tentu dia jodoh kita, bisa dikatakan jodoh jika sudah terucap akad dari mulut calon pendamping kita. Jadi kita jangan GR mentang-mentang udah komitmen, orang tua udah dateng, udah mau lamaran dll kalau belum terucap akad ya belum bisa dipastikan dia jodoh kita. Tetap jaga hati dan pantaskan diri. Kita hanya bisa berencana tapi Allah yang berkehendak.. apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah dan apa yang buruk menurut kita belum tentu buruk menurut Allah,

“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (Al-Baqarah : 216)

Apa yang menimpa si Akhwat dan si B tadi boleh jadi itu baik menurut Allah walau mungkin merupakan mimpi buruk bagi mereka, asal mereka berada dikoridor yang benar diatas jalan yang benar, maka Allah tidak akan menyia-nyiakan mereka.  Bukankah perempuan yang baik hanya untuk laki-laki yang baik? Begitu pula sebaliknya.. tetap berbaik sangka kepada Allah, karena Allah sesuai dengan apa yang dipersangkakan hamba-Nya, jika kita terus berbaik sangka in syaa Allah, Allah akan memberikan jauh yang lebih baik dari apa yang kita pinta heheh siapa tau orang yang kita pertahankan dan kita telah menjaga diri kita demi dia itu bukan yang terbaik buat kita dan siapa tau Allah sudah menyiapkan orang lain yang lebih baik, misal ada ikhwan lulusan Universitas Madinah atau LIPIA yang tiba-tiba dateng buat ngelamar gitu hehehe gak ada yang gak mungkin bagi Allah.. asalkan kita terus bersabar dan memantaskan diri untuk mendapatkan yang terbaik itu,, bukankah Allah telah berjanji kalau kita meninggalkan sesuatu yang kita cintai karena Allah maka Allah akan memberinya dengan yang lebih baik? Hem mungkin memang berat menerimanya tapi kalau kita sabar pasti akan berbuah manis, kan di Al-Quran banyak banget dibilang bahwa Allah akan memberi balasan indah bagi orang-orang yang bersabar.

Bagi kamu para perempuan yang memiliki pengalaman yang sama dengan si akhwat dan si B, percayalah kepada Allah.. akan ada masa indah itu, dimana masa indah itu akan menutupi lukamu hari ini bahkan sampai kau lupa kalau dulu kau pernah disakiti.

Dan akan datang seseorang yang sekarang ini sedang memantaskan diri untukmu, yang sedang berjuang untuk menghalalkanmu meski kau belum tahu siapa dia.

Akan datang seseorang yang sekarang ini sedang giat menuntut ilmu syari agar kelak bisa membimbingmu menuju Surga-Nya, agar kelak bisa memperlakukanmu sesuai apa yang diajarkan Nabi Salallahu’alaihi wa Sallam, agar kelak bisa membimbing anak-anakmu menjadi anak yang shalih/ah.

Akan datang sesorang yang sekarang sedang mati-matian menjaga pandangan dan kehormatannya demi masa-masa indah dimana dia akan mempersembahkan sentuhan pertamanya hanya untukmu.

Dia akan datang langsung menemui orangtuamu dan memintamu mendampinginya seumur hidupnya di bawah naungan ilmu dan Ridha Allah..

Dia akan menghapus luka hatimu dan menjadi penyebab kebahagiaan terbesarmu.
Dia akan datang sebagai balasan akan kesabaranmu.
Dia akan datang sebagai pemenuhan janji Allah kepadamu.
Dia akan datang menjawab doa-doamu.
Dia akan datang karena prasangka baikmu kepada Allah
Dia akan datang atas kegigihanmu dalam memantaskan diri untuknya.
Dia akan datang, diwaktu yang tepat..

Sekian, semoga bermanfaat dan menginspirasi
Ditulis ba’da subuh.
6 Oktober 2014
-Muthiara MA-