Jumat, 25 Desember 2015

[Janji-janji Allah, semoga menambah semangat]

Terkumpul janj-janji Allah dalam satu hadits yang agung, semoga menambah semangat kita dalam beramal dan semoga senantiasa Allah berikan taufik kepada kita untuk dapat mengamalkan apa yang terdapat dalam hadits ini. Aamiin

Dari Abu Hurairah –radhiyallahu’anhu-, Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barang siapa yang melapangkan satu kesususahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat.

Barang siapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allah akan memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat

Barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat.

Allah senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut senantiasa menolong saudaranya.
Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.

Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketentraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para malaikat yang berada di sisi-Nya.

Barang siapa yang lambat amalnya, maka tidak dapat dikejar dengan nasabnya."


Sahih: HR Muslim (no. 2699) 

Kamis, 24 Desember 2015

Maulid Nabi, bagaimana?

Rabia Awwal Mubaarak! It is the third month of the Hijri Calendar which in many Muslims celebrate the birthday of Prophet Muhammad (pbuh) believing it to have occurred on the 12th of this month. However, the truth is that his actual date of birth is unknown just as the date of birth of Prophet Jesus (pbuh) is unknown. Furthermore, its celebration is an innovation in Islamic worship as it was not instructed by the Prophet (pbuh) nor was it done by his companions. Even the celebration of birthdays in general is not permissible because of its pagan roots. As a result even the early Christians did not celebrate Christ’s birth because they considered the celebration of anyone’s birth to be a pagan custom.
So instead, let us apply the lessons learned from the life of the Prophet (pbuh) and increase our efforts to spread the true religion of God in this month, while keeping alive the Ramadaan lesson of making fasting truly a way of life by also fasting Mondays and Thursdays of every week, and the 13th, 14th & 15th – according to the recommendations of the Prophet (pbuh). It is worth noting that when the Prophet (pbuh) was asked why he fasted Mondays, he replied that it was the day on which he was born!!! So, for those bent on commemorating the Prophet’s birth, let them do as he did and FAST EVERY MONDAY!!! Dr. Bilal Philips

--
ikuti sunnahnya, bukan perayaan-perayaan yang tidak pernah dicontohkan Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam..
Rasulullah sekalipun tidak pernah mencontohkan/merayakan hari lahirnya..

baca deh kata2 dr Dr. Bilal Philips di atas dan think smart! ๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š
ya think smart, cari tahu ilmunya.. karena selama ini kita hanya mengikuti budaya. bukan dalil.

dulu pas saya baru tahu bahwa maulid nabi tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shalalllahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu 'anhum ajma'iin hal yang saya lakukan adalah mencari tahu kenapa begitu, mencari dalil yang sahih, mencari tahu sejarahnya dan bertanya kepada yang lebih paham tentang ilmu agama ini. dan akal sehat pasti akan selalu memilih dan condong pada kebenaran. akhirnya saya tahu dan yakin bahwa maulid nabi adalah suatu perkara yang diada-adakan dalam agama, bukan ber-ittiba (mengikuti) Rasullulllah..

dan barang siapa yang mengada-adakan suatu yang baru dalam perkara agama maka amalan itu tertolak.

cara mencintai nabi adalah dengan mengikuti sunnah-sunnahnya dan mentaatinya dari segala hal yang beliau perintahkan. bukan merayakan kelahirannya.

Sabtu, 19 Desember 2015

Sebuah Maktabah CInta di Rumah Kita

Menjelang UTS Mekanika Kuantum beberapa bulan lalu, aku menghadiri kajian Keluarga Sakinah dari Yayasan Al-Sofwa dengan tema "Rumah Tangga Harmonis penuh Berkah".. Alhamdulillah banyaak sekali ilmu yang didapat seputar rumah tangga. Diantara yang dibahas adalah: 

1. Karakteristik Rumah Tangga Harmonis 
2. Peran Suami Istri dalam Meraih Keharmonisan Rumah Tangga 
3. Aspek-aspek Pendorong dalam Meraih Kebahagiaan Rumah Tangga 
4. Problematika Rumah Tangga Sebab dan Solusinya 

Dengan pemateri :

1. Ustadz Dr. Sufyan bin Fuad Baswedan, MA
2. Ustadz Abu Ihsan Al-Atsari, MA 

Aku sangat tertarik dan antusias dalam acara seminar ini karena memang aku butuh sekali ilmunya, karena kelak aku akan menjadi seorang istri yang mengatur dan mengarungi bahtera rumah tangga dan juga menjadi seorang ibu yang akan mendidik anak-anakku kelak. Dan itu semua butuh ilmu. Maka harus dipersiapkan dari sekarang. 

Di sini aku bukan mau menulis materi kajian yang aku dapat, kalau itu in syaa Allah kelak ya, mudah-mudahan Allah berikan kesempatan untuk menuliskannya sekarang belum sempat. Ini saja aku tulis ditengah belajar untuk presentasi FT-IR dan UAS Radioterapi hehe 

Seperti judulnya pada tulisan ini: Sebuah Maktabah Cinta di Rumah Kita

Aku terinspirasi dari seminar ini. Ustadznya bicara tentang membuat maktabah di rumah dan wariskan kepada anak-anak buku-buku dan ilmu. Jadi jika sudah berumah tangga kelak, aku ingin sekali mempunyai perpustakaan di rumahku. Maktabah itu akan aku design sebagus mungkin dan senyaman mungkin. Karena sepertinya aku akan banyak menghabiskan waktuku disitu ketika kelak menjadi seorang IRT. Di maktabah itu akan aku jadikan tempat belajar, membaca, mengkaji ilmu..

Di maktabah itu akan ku bangun cinta..
Aku akan mengajari anak-anakku tentang agama dan ilmu dunia di maktabah itu.. 
Dan aku akan diajari suamiku di maktabah itu..
Aku akan menerima setoran hafalan anak-anakku di maktabah itu.. 
Dan aku akan setor dan memurojaah hafalanku kepada suamiku dan sebaliknya di maktabah itu..
Aku akan mendampingi anak-anakku mengerjakan PR dan tugas-tugasnya di maktabah itu..
Aku akan mentransfer ilmu yang sudah kupunya kepada anak-anakku di maktabah itu..
Aku ingin ruangan itu menjadi saksi bahwa aku dan suamiku telah berusaha membangun generasi rabbani dengan ilmu..

Aku akan membuat jadwal berkumpul bersama keluarga untuk membaca buku dan mengkaji kitab yang nantinya suamikulah yang mengajarkan aku dan anak-anakku.. 

Terbayang dalam benakku sekarang, betapa bahagiannya keluarga yang dibangun diatas ilmu.. 
Dan itu butuh persiapan, dan kondisi sekarang adalah belum menikah maka bisa kita sibukkan dengan ilmu sebagai persiapan kelak ^^ jangan disibukkan mencari pasangan apalagi sampai menjalin hubungan tidak halal.. Apa yang dibangun diatas keridhaan Allah Ta'ala maka hasilnya kelak juga akan berkah dan diridhai-Nya in syaa Allah.. 

In syaa Allah..
Semoga semua bisa terwujud.. 
Aku memohon kepada Allah al-Qawiy al-Latif al-Rahiim semoga mengistiqomahkan kita berada dijalan-Nya sampai Allah masukan kita ke dalam surga-Nya dan memberikan kesempatan pada kita untuk terus bisa menuntut ilmu dan membangun generasi rabbani..
Aamiin.. 

Maharani, 7 Rabiul Awwal 1437 H 

Jumat, 18 Desember 2015

Komitmen dengan Hijab Syar'i




Yang sudah berhijab syar'i selamat karena Allah telah memilihmu untuk mendapatkan hidayah dan petunjuk-Nya untuk menggunakan hijab syar'i karena diluar sana masih banyak wanita muslimah yang belum mendapatkannya sehingga masih mengumbar auratnya. Semoga Allah beri keistiqomahan sampai akhir hayat untuk terus mendapatkan hidayah-Nya dan dalam naungan petunjuk-Nya.
Bagi yang belum, semoga sesegera mungkin dapat berhijab syar'i.. Jemput hidayah-Nya, dapatkan dan genggam dengan erat. Sungguh hidayah bukan ditunggu tapi dijemput.. Semoga Allah senantiasa membimbing kita menuju perubahan yang lebih baik dengan ilmu kemudian mengistiqomahkan kita dijalan-Nya hingga surga pantas kita dapatkan.. karena betapa banyak wanita menginginkan surga namun tidak memantaskan diri untuk mendapatkannya sedangkan penghuni neraka adalah kebanyakan dari kaum wanita nas alullah salaamatan wal aafiyah semoga kita tidak termasuk di dalamnya..
--
Sungguh, wanita yang komitmen dengan hijab syar'i bukanlah wanita yang tidak tahu mode, mereka tahu namun enggan mengikutinya karena Allah ta'ala berfirman:
ูˆู„ุงุชุจุฑุฌู†ุชุจุฑุฌ ุงู„ุฌุงู‡ู„ูŠุฉ ุงู„ุฃูˆู„ู‰
"Dan janganlah kalian (para wanita) bertabarruj (bersolek keluar rumah seperti dandanan orang-orang jahiliyah yang dahulu" (al-Ahdzab : 33)
namun mereka adalah wanita yang takut kepada Allah dan siksa-Nya
ูู„ุง ุชุฎุดูˆุง ุงู„ู†ุงุณ ูˆุงุฎุดูˆู† ูˆู„ุง ุชุดุชุฑูˆุงุจุงูŠุงุชูŠ ู‚ู„ูŠู„ุง
"Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. (al-Maidah:44)
ูˆุงุชู‚ูˆุง ูุชู†ุฉ ู„ุง ุชุตูŠุจู† ุงู„ุฐูŠู† ุธู„ู…ูˆุง ู…ู†ูƒู… ุฎุงุตุฉ ูˆุง ุนู„ู…ูˆุง ุงู† ุงู„ู„ู‡ ุดุฏูŠุฏ ุงู„ุนู‚ุงุจ
"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang dzalim saja diantara kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksa-Nya (al-Anfal:25)
Mari patenkan prinsip : ๐Ÿ’•Kami dengar dan kami taat๐Ÿ’•
ูŠุง ู…ู‚ู„ุจ ุงู„ู‚ู„ูˆุจ ุซุจุช ู‚ู„ุจูŠ ุนู„ู‰ ุฏูŠู†ูƒ .. ุงู…ูŠู†
--
Terinspirasi dari kajian Ustadzah Arfah Ummu Faynan
Depok, 7 Rabi'ul Awwal 1437 H 
08.30
Di Pesantren Kosan
Ditulis ditengah pengerjaan laporan praktikum radioterapi

Minggu, 06 Desember 2015

Kupersembahkan Doa untuk Kakek Tercinta

Aku masih terjaga di ruang tunggu rumah sakit di depan ruang ICU, menjaga kakek tercinta yang kata dokter kondisinya belum menunjukan kemajuan yang signifikan sejak kemarin. Alias belum ada perubahan. Lemas mendengarnya. Dokter mengisyaratkan agar kami terus berdoa. Iya memang hanya itu satu-satunya hal yang bisa kami lakukan setelah segala ikhtiar terbaik yang bisa kami lakukan untuk ayah dari segi pengobatan dan finansial. Walau aku pribadi belum bisa bantu dari segi finansial yang tergolong sangat besar itu namun setidaknya doaku tiada putus untuk ayah..
Iya, doa.. Kita sangat membutuhkan itu.
“Apabila kalian mendatangi orang sakit atau orang yang meninggal dunia, hendaklah kalian mengucapkan kata-kata yang baik (mendoakannya), karena sungguh malaikat akan mengamini doa yang kalian ucapkan.” (HR Muslim)
Jangan pernah remehkan kekuatan doa karena doa adalah senjata orang mukmin, lihatlah bagaimana doa nabi Ayyub Alaihis salam ketika sedang diuji oleh Allah dengan penyakit:
“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Rabbnya: ‘(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Rabb Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang’. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (Al-Anbiya`: 83-84)
Lihatlah dalam ayat di atas, bagaimana Allah mengabulkan doa nabi Ayyub yang ditimpa penyakit dengan melenyapkan penyakit yang ada pada nabi Ayyub.
Nabi Ayyub alaihi salaam diuji oleh Allah selama 18 tahun dengan penyakit.
Ibnu Katsir rahimahullah menceritakan dalam tafsirnya, Nabi Ayyub diuji melalui tubuhnya. Ada yang menyebutkan berupa penyakit lepra yang menyerang seluruh tubuhnya tanpa menyisakan seujung jarumpun dari tubuhnya. Tidak ada yang selamat dari anggota tubuhnya kecuali hati dan lisannya, yang dengan keduanya beliau berdzikir mengingat Allah . Akhirnya semua orang merasa jijik dan mengasingkan beliau di tempat terpencil, jauh dari keramaian manusia.
Al-Quran itu kebenaran yang haq. Dengan melihat ayat itu seharusnya tidak ada lagi keraguan dihati kita dalam berdoa kepada Allah meminta kesembuhan untuk ayah..
Tidak hanya sesekali namun ayo berkali-kali dan selalu doakan untuk kesembuhan ayah.. karena kata Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam
“Sesungguhnya Allah ta’ala malu bila seorang hamba membentangkan kedua tangannya untuk memohon kebaikan kepada-Nya, lalu Ia mengembalikan kedua tangan hamba itu dalam keadaan hampa/gagal.” (HR. Ahmad (5/438), dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1757)
Dan jika Allah belum kabulkan doa-doa kita jangan kita berputus asa dalam berdoa, karena tidak ada ruginya dalam berdoa kepada Allah, karena
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada seorang muslim pun yang berdoa kepada Allah Ta’ala dengan satu doa yang tidak ada di dalamnya dosa dan pemutusan silaturahmi, kecuali Allah memberikan kepadanya dengan doa tersebut salah satu dari tiga perkara: Bisa jadi permintaannya disegerakan, bisa jadi permintaannya itu disimpan untuknya di akhirat nanti, dan bisa jadi dipalingkan/dihindarkan kejelekan darinya yang sebanding dengan permintaannya.”
Lihatlah tiga perkara tersebut, tidak ada ruginya bagi kita dalam berdoa kepada Allah.
Kita berdoa kepada Allah untuk kesembuhan ayah, kesabaran ayah menghadapi penyakitnya, diringankan rasa sakit yang Allah rasakan, diberikan rezeki untuk pengobatan ayah, diberikan kesabaran bagi keluarga yang menjaga dan berikhtiar untuk kesembuhan ayah, dan lain-lain..
Teruslah berdoa karena Allah pasti akan mengabulkan.. lihatlah firman Allah berikut ini:
“Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (Al Mukmin: 60).
Allah memperkenankan doa kita melalui 3 perkara yang telah disebutkan dalam hadits sebelumnya.
Agar doa-doa kita segera Allah kabulkan, kita harus manfaatkan waktu mustajab ini. di waktu-waktu ini in syaa Allah doa akan segera dikabulkan oleh Allah. Yakni pada:
1. Sepetiga malam terakhir. Karena Rasulullah bersabda
“Allah turun ke langit dunia setiap malam, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku kabulkan, siapa yang meminta, akan Aku beri, dan siapa yang memohon ampunan pasti Aku ampuni’.” (HR. Muslim)
2. ketika perang, turun hujan, ketika sujud, antara adzan dan iqamah, atau ketika puasa menjelang berbuka, setelah ashar.
Abu Hurairah radhiallahu’anhu mengatakan, “Sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka ketika jihad fi sabillillah sedang berkecamuk, ketika turun hujan, dan ketika iqamah shalat wajib. Manfaatkanlah untuk berdoa ketika itu.” (Syarhus Sunnah al-Baghawi, 1: 327)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa antara adzan dan iqamah tidak tertolak.” (HR. Abu Daud, Nasa’i, dan Tirmidzi)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keadaan terdekat antara hamba dengan Tuhannya adalah ketika sujud. Maka perbanyaklah berdoa.” (HR. Muslim)
Kita gunakan waktu-waktu tersebut untuk mendoakan ayah dan juga doa lainnya sesuai keinginan kita..
Kemudian hendaknya kita perhatikan adab-adab dalam berdoa berikut ini..
1. Memulai doa dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Memuji Allah dengan asmaul husna.
Dalil : “Apabila kalian berdoa, hendaknya dia memulai dengan memuji dan mengagungkan Allah, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian berdoalah sesuai kehendaknya.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan dishahihkan Al-Albani)
2. Mengulang-ulang doa dan merengek-rengek dalam berdoa.
Dalil : Ibn Mas’ud mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila beliau berdoa, beliau mengulangi tiga kali. Dan apabila beliau meminta kepada Allah, beliau mengulangi tiga kali. (HR. Muslim)
3. Tidak tergesa-gesa agar segera dikabulkan, dan menghindari perasaan: mengapa doaku tidak dikabulkan atau kalihatannya Allah tidak akan mengabulkan doaku.
Dalil : “Akan dikabulkan (doa) kalian selama tidak tergesa-gesa. Dia mengatakan, ‘Saya telah berdoa, namun belum saja dikabulkan‘.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Memantapkan hati dalam berdoa dan berkeyakinan untuk dikabulkan
Dalil : “Janganlah kalian ketika berdoa dengan mengatakan, ‘Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau mau. Ya Allah, rahmatilah aku, jika Engkau mau’. Hendaknya dia mantapkan keinginannya, karena tidak ada yang memaksa Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Khusyu’, Merendahkan Hati, dan Penuh Harap
Dalil : “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoakepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90)
6. Dengan suara lirih dan tidak dikeraskan
Dalil : “Janganlah kalian mengeraskan doa kalian dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS. Al-Isra: 110)
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55)
7. Menghadap kiblat.
--
Orang yang menjenguk orang sakit disunnahkan merukyah orang yang sakit, sebagaimana yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terlebih lagi jika yang menjenguk itu orang yang bertakwa dan orang yang shalih, karena rukyah mereka sangat bermanfaat disebabkan keshalihan dan ketakwaan mereka.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bila ada anggota keluarganya yang menderita sakit beliau meniupnya (merukyahnya) dengan membaca Al Mu’awwidzat.”
(Diriwayatkan oleh Al Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Malik). Al Hafiz Ibnu Hajar berkata, “Yang dimaksud dengan Al Mu’awwidzat adalah dua surat (Al Falaq dan An Nas) serta Al Ikhlas”.
Dan hal ini telah terbukti, ayah senang ketika dibacakan al-Quran..
--
Sebaiknya kita memilih doa yang paling lengkap dan bersemangat menggunakan doa-doa yang datang dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sesungguhnya doa-doa tersebut adalah doa-doa yang penuh berkah dan mengumpulkan seluruh kebaikan serta terpelihara dari kesalahan dan kekeliruan, seperti mengucapkan;
ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุงุดْูِ ูُู„َุงู†ًุง،

“Ya Allah, sembuhkanlah si Fulan..”

Atau mengucapkan,
ุทَู‡ُูˆْุฑٌ ุฅِู†ْุดَุงุกَ ุงู„ู„ู‡،

“Pembersih dosa, insya Allah.”

Atau mengucapkan:
ุฃَุณْุฆَู„ُ ุงู„ู„ู‡َ ุงู„ْุนَุธِูŠْู…َ ุฑَุจَّ ุงู„ْุนَุฑْุดِ ุงู„ْุนَุธِูŠْู…ِ ุฃَู†ْ ูŠَุดْูِูŠَูƒَ،

“Aku memohon kepada Allah, Pemilik ‘Arsy yang besar untuk menyembuhkannmu.”
Atau mengucapkan,
ุฃู„ู„َّู‡ُู…َّ ุฑَุจَّ ุงู„ู†َّุงุณِ، ุฃَุฐْู‡ِุจِ ุงู„ْุจَุฃْุณَ، ูˆَุดْูِู‡ِ ุฃَู†ْุชَ ุงู„ุดَّุงูِูŠْ، ู„َุง ุดِูَุงุกَ ุฅِู„َّุง ุดِูَุงุคُูƒَ، ุดِูَุงุกً ู„َุง ูŠُุบَุงุฏِุฑُ ุณَู‚َู…ุงً،

“Ya Allah Rabb sekalian manusia, hilangkanlah penyakit, sembuhkanlah dia, Engkaulah Dzat Yang Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit.”
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membacanya, dan dapat kita amalkan. Agar doa kita semakin berkualitas dan cepat dikabulkan oleh Allah in syaa Allah..
6 Desember
00.43
Ruang tunggu ICU..

Sabtu, 05 Desember 2015

Tidak boleh berbuat kerusakan

Dari Abu Sa'id, Sa'ad bin Sinan Al-Khudri -radhiyallahu'anh-, sesungguhnya Rasulullahu shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak boleh melakukan perbuatan (mudharat) yang mencelakakan diri sendiri dan orang lain" (Hadits Hasan riwayat Ibnu Majah dan Daruqutni dan yang lainnya)

Orang yang merugikan saudaranya dikataan telah mendzaliminya.
Sedangkan berbuat dzalim adalah haram, sebagaimana telah dijelaskan pada hadits Abu Dzar:

"Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan diriku berbuat zhalim dan menjadikan haram juga diantara kamu, maka janganlah kamu berbuat dzalim"

Sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam:
"Janganlah engkau saling membahayakan dan saling merugikan"

Al Mahasini berkata:
yang dimaksud merugikan adalah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, tetapi menyebabkan orang lain mendappatkan mudharat. Ini adalah pendapat yang benar.

Sebagian ulama berkata:
Yang dimaksud dengan kamu membahayakan yaitu engkau merugikan orang yang tidak merugikan kamu.

Yang dimaksud saling merugikan yaitu engkau membalas orang yang merugikan kamu dengan hal yang tidak setara dan tidak untuk membela kebenaran.

Hadits ini sama dengan sabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam:
"Tunaikanlah amanat kepada orang yang memberi amanat kepadamu, dan janganlah kamu berkhianat kepada orang yang berkhianat kepadamu"

Yang dikatakan berkhianat hanyalah orang yang mengambil sesuatu yang bukan haknya atau mengambil lebih dari haknya.

Seseorang tidak boleh membahayakan saudaranya baik hal itu merugikan atau tidak, namun ia berhak unuk diberi pembelaan dan pelakunya diberi hukuman sesuai dengan ketentuan hukum. Hal itu tidak dikatakan zhalim atau membahayakan selama sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan oleh sunnah.


Disandur dari buku Syarah al Arba'in An Nawawiyah, Ibnu Daqiqil'Ied

Kamis, 12 November 2015

Ini tentang aurat, coba kita renungkan..

Aurat wanita itu ada 2.
Kulit dan lekuk tubuh.
Kalau kulit sudah tertutup dengan pakaian Alhamdulillah. Namun putri adam terkadang lupa akan lekuk tubuhnya yg masih terbentuk indah walau kepala telah terhijabi.
Yah, walau sudah berhijab rapat, kulit tertutup sempurna namun lekuk tubuh masih saja terbentuk menggoda, lantas apa yang disebut menjaga diri dengan hijab?
Hijab itu menutupi keindahan yang dimiliki khusus oleh kaum hawa saja. Bukan justru malah memperindahnya dihadapan lelaki ajnabi (bukan mahram).
Aku yakin setiap wanita meyukai keindahan, begitu juga denganku.
Tapi, tidakkah kau pandang syariat yang mengatur gayamu berpakaian juga begitu indah?
Keindahan yang bagaimana yang kau maksud? Keindahan yang diciptakan para designer/model hijab/artis/majalan fashion?
Atau keindahan yang di ciptakan Rabb-mu?
Pernahkah menanyakan hal ini pada diri:
Mengapa terkadang hati ini lebih senang mengikuti model hijab fashion seperti yang ada di majalah-majalah fashion namun begitu berat mengikuti model hijab yang Allah perintahkan dalam al-Quran surat al-Ahdzab ayat 59 itu?
Coba tanyakan, mengapa lebih senang dengan yang ada dimajalah daripada yang di al-Quran.
Mengapa?
Memang, menuju syar'i itu butuh proses. Aku juga berproses.
Dan kamu harus tahu, ketika berproses itu: ketika sudah tahu ilmunya, pelan-pelan amalkan. Jangan nanti dulu nanti dulu. Jangan takut kata orang kata orang.
Memang, pelan-pelan prosesnya itu sama dengan pelan-pelan juga amalkan ilmu yang sudah diketahui.
kiki emoticon

Pasti ada hikmah

Sebagaimana yang lainnya. Aku juga punya banyak sekali urusan. Mulai dari hal kecil sampai hal besar. Masing-masing memiliki porsinya. Aku sadar aku tidak akan mampu menyelesaikan urusanku sendiri. Aku butuh Allah, lebih dari apapun. Urusanku banyak dan butuh ditolong oleh Allah.
Maka salah satu hal yang menjadi senjataku adalah dengan juga menolong orang lain. Salah satu prinsip hidup yang aku pegang adalah: kalau kamu meringankan beban orang lain maka Allah akan meringankan bebanmu, kalau km mempermudah urusan orang lain maka Allah akan mempermudah urusanmu.
alhamdulillah, efeknya sangat terasa. Terasa Allah mudahkan dari segala urusanku.
Dan semoga Allah mempermudah urusanku yang dua ini, yakni; menuju wisuda dan apa yang terjadi setelah wisuda (hehe)
Tidak ada hal yang lebih aman dan menentramkan hatiku selain aku serahkan semua urusanku kepada Allah.
Dan yang bisa dilakukan sekarang adalah usaha dan doa dan tetap berada di track yang seharusnya sebagaimana agamaku mengaturnya.
Dan aku yakin segala yang terjadi adalah kehendakNya yang penuh hikmah. PilihanNya pastilah yang terbaik..
Semoga Allah permudah urusan kita semua smile emoticon

Tentang switching niat dalam shalat (taghyir niat)

Tentang switching niat dalam shalat (taghyir niat)
Pembahasan ini menarik, karena bagi saya ini ilmu baru. Berada diakhir-akhir kajian kitab Bidayatul Mutafaqqih barusan.
Dibahas saat pembahasan syarat sah shalat ke-sembilan yakni niat, kemudian ustadz menyinggung masalah switching niat yang terjadi di dalam shalat. Berikut rinciannya:
1. Switching niat dari shalat fardhu ke sunnah maka ini hukumnya boleh dengan adanya syarat: masih adanya waktu untuk melakukan shalat fardhunya dan matching jumlah rakaatnya. Contoh: ketika kita sedang melakukan shalat fardhu subuh, kemudian dalam keadaan shalat tersebut kita mengganti niat menjadi shalat sunnah fajar maka hal itu boleh dengan syarat masih ada waktu untuk melaksanakan shalat subuhnya dan dari segi rakaat jumlahnya sama.
2. Switching niat dari shalat fardhu ke fardhu yang lainnya maka ini hukumnya tidak boleh. Contohnya: ketika sedang safar dan ingin meng-qosor shalat dzuhur dengan ashar masing-masing 2 rakaat – 2 rakaat dengan niat melakukan shalat dzuhur terlebih dahulu kemudian ditengah shalat ingin mengganti niat menjadi shalat ashar dahulu, maka ini tidak boleh.
3. Switching niat dari sunnah ke fardhu bagaimana? Dari fardhu ke fardu aja ngga boleh, apalagi dari sunnah ke fardhu
4. Switching niat dari shalat sunnah ke shalat sunnah lainnya bagaimana? Disini ada rinciannya lagi. Shalat sunnah itu ada dua:
- Shalat sunnah mutlaq : shalat sunnah yang tidak tergantung tempat dan waktu tertentu.
- Shalat sunnah muqayyad/mu'ayyan : shalat sunnah yang terkait waktu dan tempat tertentu. contohnya: shalat tahiyatul masjid.
Sekarang kasusnya:
1. Bagaimana switching niat dari shalat sunnah muqayyad ke shalat sunnah mutlaq? Misal: ada seseorang datang ke masjid kemudian melaksanakan shalat qobliyah dzuhur 4 rakaat dengan 1 salam, kemudian saat shalat ia merasa bahwa akan segera iqamah, maka ia mengganti niat shalatnya menjadi hanya shalat mutlaq 2 rakaat maka ini boleh, kata para ulama ini untuk memperingan.
2. Bagaimana switching niat dari shalat sunnah muqayyad ke shalat sunnah muqayyad lainnya? Tidak boleh.
Namun, menjamak niat shalat sunnah muqayyad maka ini boleh asalkan niatnya di luar keadaan shalat. Tidak di dalam keadaan shalat. Jadi, seseorang boleh meniatkan misalnya shalat syuruq dengan shalat dhuha atau meniatkan shalat tahiyatul masjid sekaligus shalat sunnah qabliyah sekaligus shalat sunnah wudhu. Maka menjamak niat ini boleh asal dilakukannya tidak di dalam keadaan shalat.
3. Bagaimana switching niat dari shalat sunnah mutlaq ke muqayyad? Tidak boleh.
jadi intinya:
- nafl muqayyad/muayyan ke nafl muthlaq: boleh
- nafl muqayyad ke nafl muqayyad: ga boleh
- nafl muthlaq ke nafl muqayyad: ga boleh
*nafl = sunnah
Faedah: bedakan jamak niat dengan taghyir niat. Kalau jamak niat, harus sebelum shalat, kalau taghyir niat, bisa dilakukan di dalam shalat di beberapa kasus minor.

Senin, 02 November 2015

Ketika ujian itu menyapaku..



Semoga menjadi penghibur hati..
Ketika diuji oleh kegelisahan dan kesedihan betapa ketenangan hati merupakan suatu nikmat yang jarang kita sadari.
Entah masih berapa banyak nikmat yang telah diberikan Allah Azza wa Jalla yang tidak kita sadari..
ูุจุฃูŠ ุกุง ู„ุง ุก ุฑุจูƒู…ุง ุชูƒุฐุจุงู†...
Jangan sampai satu ujian yang sedang menimpa kita membuat kita tidak bersyukur atas nikmat Allah yang lainnya..
Satu nikmat dicabut, mungkin ini cara Allah menegur kita agar kita senantiasa menyukuri nikmat yang jarang kita sadari itu
Tapi lihatlah.. tak terhitung nikmat lainnya yang masih Allah berikan bersamaan dengan ujian yang diberikan..
ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุนู„ู‰ ูƒู„ ุญุงู„
"Segala puji bagi Allah atas segala keadaan"
ูŠุงุฑุจูŠ....
ุฃู† ุชุฌุนู„ ุงู„ู‚ุฑุงูٓ† ุฑุจูŠุน ู‚ู„ุจูŠ، ูˆ ู†ูˆุฑ ุตุฏุฑูŠ، ูˆุฌู„ุงุกุญุฒู†ูŠ، ูˆุฐู‡ุงุจ ู‡ู…ูŠ
Ya Rabb-ku..
Agar engkau jadikan Al-Quran bersemi di hati ku,
(agar engkau jadikan Al-Quran) cahaya untuk hati ku,
(agar engkau jadikan Al-Quran) pelipur lara ku -yakni sebagai penyembuh kesedihan ku-,
(agar engkau jadikan Al-Quran) pengusir keresahan ku..
Ista'in billah..
Dan mari kita jadikan sabar dan shalat sebagai penolong kita kepada Allah..
ya Rabb hanya kepada-Mu lah kami kembali dan menyerahkan segala urusan.. karena semua urusan kami berada ditangan-Mu..

Minggu, 20 September 2015

Keutamaan Dzikir

Sambungan Do'a Senjata Orang Mukmin [1]

nah kalau sebelumnya kita sudah bahas Keutamaan Doa sekarang kita lanjut materi kajiannya yah, sekarang bahas Keutamaan Dzikir.

KEUTAMAAN DZIKIR

Sahabat, hendaknya kita berdzikir setiap waktu, misal saat dikendaraan mau kemana gitu, saat duduk, saat tidur-tiduran, hendaknya lisan kita ini basah dengan berdzikir kepada Allah, tentunya dengan dzikir yang di syariatkan dalam islam yah dan ada contohnya dari Rasulullah..
 Lalu dalam berdzikir hendaknya tidak beramai-ramai dan tidak berjama'ah dzikirnya. Berdasarkan hadits berikut, Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: 

  1. Pemimpin yang adil.
  2. Pemuda yang tumbuh di atas kebiasaan ‘ibadah kepada Rabbnya.
  3. Lelaki yang hatinya terpaut dengan masjid. 
  4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, sehingga mereka tidak bertemu dan tidak juga berpisah kecuali karena Allah.
  5. Lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’.
  6. Orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya. 
  7. Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sendiri hingga kedua matanya basah karena menangis.” 
(HR. Al-Bukhari no. 620 dan Muslim no. 1712)

Berdzikir bebas kapan saja saat sedang diperjalanan dengan dzikir subhanallah, alhamdulillah laa hawla wa laa quwwata illa billah dzikir ini bebas kapan saja dan berapa saja. Saat lisan berdzikir hendaknya hati kita ingat kepada Allah jangan jadi orang yang lalai. Dan hendaknya kita dalam berdzikir itu dengan suara yang lirih dan pelan jangan dikeraskan, kecuali yang ada nashnya misal adzan dan iqomah. seperti firman Allah dalam surat al-'Araf ayat 205

Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah. (al-'Araf ayat 205)

(belum selesai)


Jumat, 18 September 2015

Mengapa Semangat Ngaji?




Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberi kesempatan dan nikmat yang tak terhitung hingga akhirnya aku bisa menuliskan tulisan ini insya Allah. Tentunya aku menulis ini atas kehendak-Nya yang semoga bisa bermanfaat bagi teman-teman, terutama beberapa akhwaat yang meminta nasihat mengenai bagaimana agar bisa bersemangat menuntut ilmu syar’i ditengah kesibukannya sebagai mahasiswi di kampus sekuler. Aku senang ketika ada beberapa saudariku meminta nasihat artinya mereka masih peduli dengan urgensi mempelajari ilmu syar'i ditengah kefuturannya mungkin dan takut kehilangan semangat itu.

Dan tentunya nasihat ini terutama sekali ditujukan untuk aku yang menulisnya. Nasihat ini aku ambil berdasarkan pengalaman pribadi dan motivasi pribadi. 

Semoga Allah senantiasa menjaga keikhlasan niat penulis dan melindungi penulis dari sifat ujub dan riya. Aamiin 

Saudariku yang dirahmati oleh Allah, mengapa aku bersemangat menuntut ilmu syar’i?

Yang pertama adalah semua karena Allah, aku mengharap wajah-Nya, aku mengharap pertemuan dengan-Nya, aku mengharap surga-Nya, aku mengharap berkumpul dengan para kekasih-Nya semua itu tidak akan aku dapatkan tanpa ilmu, itu alasan global kenapa aku semangat menuntut ilmu.
Karena dengan belajar ilmu syar'i itu aku jadi tahu mana halal mana haram, apa yang Allah perintahkan dan apa yang Allah larang, mana hal yang dapat memasukanku ke Surga dan mana hal dapat memasukanku ke Neraka.

Keutamaan-keutamaan menuntut ilmu dan keutamaan berada di majelis ilmu juga menjadi salah satu motivasi terbesarku.

Kira-kira globalnya seperti itu dan sebenarnya masih banyak banyak lagi sebab lain.

Alasan-alasan yang penulis sebutkan diatas itu memang masih kurang spesifik dan masih bersifat terlalu umum ya, karena pointnya disini adalah "bagaimana kita sebagai mahasiswi non-syariah bisa istiqomah belajar ilmu syariah ditengah kampus yang sekuler”. Aku paham betul dunia kampus non-syariah sayangku, bagaimana kegiatan di dalamnya, bagaimana pergaulan didalamnya dan lain-lain

Baikalah, izinkan penulis sedikit bercerita. Dahulu kala..
Dulu saat aku masih belum hijrah dan masih belum mengenal sunnah segala kegiatan di kampus aku ikuti semua, mulai dari organisasi dan banyak kepanitiaan. Dulu saat masih menjadi maba (mahasiswa baru) selalu diiming-imingi begini:  kalau ikut banyak organisasi dan kepanitiaan nanti akan banyak punya relasi, punya banyak link, gampang cari kerja, kenal banyak orang, dikenal orang, dan lain-lain. Jujur aku tergiur karena aku kuliah kan supaya nanti bisa kerja. Dan memang benar sih dengan organisasi itu softskill kita makin terasah, jadi banyak relasi, banyak teman, banyak link, banyak pengalaman dan lain-lain. 

Nah semenjak hijrah walau belum mengenal sunnah waktu itu kira-kira semester dua aku masih asyik dengan kegiatanku sebelumnya, yakni: organisasi dan kepanitaan.  Tapi semenjak itu aku juga pelan-pelan belajar Islam (walau belum mengenal sunnah) dan akhirnya aku mulai banyak berfikir jadinya. 

Misal: dalam kepanitiaan dan organisasi itu kadang shalat suka dilalaikan dan memang aku jadi lalai, shalatnya jadi tidak tepat waktu habis adzan kemudian bisa shalat. Pernah waktu itu gara-gara evaluasi kepanitiaan yang nyerempet magrib aku gak bisa izin shalat akhirnya shalatnya jam setengah tujuh, saat itu mulai risih dan jadi kurang nyaman berada disuatu kepanitiaan.

Nah semenjak hijrah, seperti yang dirasakan oleh kawan-kawan kita juga, semangat menuntut ilmu jadi semakin tinggi karena dulu aku berfikir:
“Ya Allah banyak banget yang aku gak tahu tentang agama ini”
“Ya Allah aku orang Islam tapi tentang ini aja aku gak tahu”
Aku membatin kala itu memikirkan hal ini.
Jadi pas awal hijrah itu aku semangat menuntut ilmu lebih karena sering ‘ketampar’.

Sebagai contoh: waktu itu sedang ada kajian tentang shalat; disitu aku sadar bahwa shalatku masih banyak yang salah, rasanya seperti tertampar, dalam hati membatin “ya Allah 18 tahun hidup tapi shalat aja masih salah” (emoticon sedih banget) agak miris waktu itu. Ibrohnya jadi ingin lebih mempelajari tentang shalat karena aku sadar waktu itu bahwa shalat adalah salah satu pokok agama ini, masa aku shalatnya banyak salah dan pada akhirnya seiring berjalannya waktu aku semakin belajar jadinya dan semakin tahu..

Nah dari semakin belajar itu aku jadi semakin tahu tentang hukum ini itu, akhirnya perlahan mulai menarik diri dari dunia organisasi dan kepanitiaan pelan-pelan, kenapa? Aku jadi berfikir begini: memang dari ikutan kegiatan tersebut banyak manfaat yang aku dapatkan seperti yang aku sebutkan diatas tapi itu dari sisi keduniaan saja. Ya.. manfaat yang aku dapatkan dari sisi keduniaan saja. Kemudian aku berfikir.. hem dalam kepanitiaan shalatku jadi lalai, campur baur laki-laki dan perempuan itu begitu kental walau sudah jaga batasan tetap kan yang namanya satu tim sama laki-laki tetap aja ikhtilat tidak bisa dihindari, lalu pulang malam, waktu jadi lebih banyak buat organisasi dan kepanitiaan daripada buat membaca/belajar dan lebih-lebih waktu jadi tersita oleh kegiatan tersebut daripada untuk datang ke majelis ilmu, disitu berfikir: keutamaan mendatangi majelis ilmu itu begitu besar; didoakan ampunan, dinaungi malaikat, diangakat derajat dan lain-lain daripada mengurus kepanitiaan yang di dalamnya terdapat ikhtilat, melalaikan dari ibadah, kadang nyanyi-nyanyi, sorak sorai laki-laki perempuan, haha hihi bareng, intinya banyak batasan syariat yang dilanggar. Dan pada akhirnya aku meninggalkan benar-benar organisasi dan kepanitiaan secara perlahan karena menimbang hal diatas, dan tentunya sebagai manusia yang dikaruniakan akal untuk berfikir aku memilih apa yang lebih Allah ridhai dan lebih selamat untuk urusan dunia dan akhiratku.

Keputusan ini aku ambil bulat-bulat dan sudah kupikirkan matang-matang dan aku sadar akan banyak yang bertanya-tanya dan berpikir tentangku yang tidak-tidak. Karena tadinya aku adalah seorang aktifis kampus banget segala kegiatan aku ikuti, teman-teman mengenalku sebagai seorang yang semangat berorganisasi dan kepanitiaan dan kini aku menjadi "kupu-kupu" kuliah pulang kuliah pulang (emoticon senyum). Benar aja, agak sulit sebenarnya untuk bisa lepas sepenuhnya, karena banyak tawaran manjadi ini itu dan menempati posisi ini itu dari sisi organisasi dan kepanitian, tapi aku mulai mengurangi frekuensi kegiatan kampus dan pelan-pelan menolak. Saat itu aku masih terus belajar dan Alhamdulillah Allah karuniakan nikmat mengenal sunnah. 
Hingga akhirnya aku lebih mencintai mendatangi majelis ilmu daripada mengikuti kegiatan kampus.
Dari situ aku focus belajar Islam sebagai ganti mengejar ketertinggalanku selama ini. Semakin belajar semakin aku jatuh cinta pada Islam. Karena aku telah tersadar betapa Islam begitu sempurna. Ya Allah aku gak bisa ungkapin lagi tentang hal ini. Demi Allah aku begitu mencintai Islam…….. :’)

Sampai akhirnya aku menemukan sesuatu yang selama ini hilang. Ya, rasa cinta pada Rabb-ku itu, aku menemukannya setelah aku hijrah. Dan karena rasa cinta itu rasa semangat untuk dapat mengenalNya lebih dekat tumbuh subur didalam hati.

Aku lebih senang mendatangi majelis ilmu, mengkaji kalam-Nya, mempelajari syariat-Nya, mengenal-Nya lebih dekat.. Demi Allah hal ini menentramkan jiwaku, demi Allah aku merasakan ketenangan di majelis ilmu, ketenangan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Terlebih jika ketika datang ke majelis ilmu dengan keadaan tidak mengetahui (tidak berilmu), kemudian setelah pulang menjadi mengetahui (berilmu). Bagaimana tidak, di majelis ilmu kita dinaungi malaikat dan malaikat-malaikat tersebut dan makhluk-makhluk Allah mendoakan ampunan :’) rasa nyaman ini membuatku semakin bersemangat menuntut ilmu.

Dan sebenarnya dalam masa "pelan-pelan” meninggalkan kegiatan kampus aku tidak langsung menghilang begitu saja, pertama aku mengurangi frekuensi mengikuti kegiatan dan memilih kegiatan yang hanya berbau dakwah; aku ikut organisasi yang berbau lembaga dakwah saja. Dan setelah masa kepengurusan selesai aku benar-benar berlepas diri dari segala kegiatan kampus dan benar-benar hanya berfokus pada “kuliah-ngaji” dan ketika ditawari teman untuk mengikuti kepanitaian atau organisasi aku hanya jawab dengan:

“Maaf ya, aku udah berlepas diri dari dari organisasi dan kepanitiaan, aku mau fokus ngaji”

Ya aku jawab gitu aja, sejujur-jujurnya karena aku pikir mereka juga pasti mengerti dengan pilihaku ini. Setiap orangkan punya pilihan dan prinsip hidup masing-masing dan aku berhak ngomong gitu.

"Gak apa-apa dibilang gak asyik lagi, yang penting kita mengikuti apa yang diajari Nabi kita" (ini kata bang Andy Oktavain Latif -kurang lebih begitu kalimatnya-). Dan berada di track yang benar sesuai dengan yang agama kita ajarkan. Namun tetap aku berakhlak baik ke mereka tidak menjadi eksklusif dan tetap membaur Alhamdulillah. Perlahan mereka mengerti prinsip hidup yang aku pilih ini.

Semakin belajar semakin tahu, selain motivasi dasar yang aku sebutkan di awal tulisan ini, masih ada motivasi-motivasi lain yang membuatku bersemangat menuntut ilmu diantaranya:
  •  Aku ingin menjadi anak yang shalihah bagi kedua orang tuaku, dan predikat anak shalihah itu salah satunya bisa aku dapat dengan ilmu.
  •  Aku ingin menjadi seorang istri yang shalihah yang mengerti hak-hak suami, yang bisa menjadi penyejuk pandangan suami dan predikat istri shalihah itu salah satunya bisa aku dapat dengan ilmu.
  • Aku ingin menjadi seorang ibu yang dapat mendidik anak-anakku sesuai dengan apa yang Rasulullah ajarkan, dan itu hanya bisa aku dapatkan dengan ilmu.
Dan lain-lain banyak sekali tidak bisa aku sebutkan semuanya. Intinya aku ingin mengarungi jalan yang selamat, ingin menjadi golongan yang selamat dan mencapai hal tersebut dengan keridhoan Allah dan keridhoan Allah bisa didapat dengan ilmu...

-Kuliah-Ngaji-

Oke sekarang cerita setelah fokus pada kuliah-ngaji ya..
Setelah membaca motivasi-motivasi di atas rasanya sudah cukup menggambarkan kenapa aku bersemangat menuntut ilmu syar'i. Dan Alhamdulillah Allah masih memberikan rasa semangat ini dan aku selalu berdoa untuk jangan dicabut hidayah ini.

Nikmat dan kemudahan lainnya yang Allah berikan kepadaku adalah banyaknya program-program gratis yang memudahkanku menuntut ilmu syar’i. Banyak banget.. Harus kita manfaatkan.. 

Belajarnya jangan setengah-setengah..

Nah sebaiknya kita belajarnya jangan setengah-setengah. Usahakan hasilnya perfect. Kita ambil contoh kita itu sedang mengikuti salah satu Program BISA, ilmu sharaf untuk pemula via WhatsApp misalnya..

Nah dalam mengikuti program tersebut kan kita sudah meluangkan waktu untuk belajar itu ya ditengah kesibukan kita sebagai mahasiswi, nah tentunya kita ingin waktu yang sudah diluangkan itu benar-benar menghasilkan suatu yang bermanfaat buat diri sendiri dan juga ingin dapat bermanfaat untuk orang lain. Makanya belajarnya benar-benar, catatannya buat serapi mungkin agar bisa bermanfaat kelak, mengerjakan tugasnya benar-benar rapi dan berusaha untuk paham. Aku sendiri suka catatan rapi karena akan terpakai sampai nanti, entah untuk murojaah lagi, untuk mengajarkan ke orang lain atau untuk anak cucuku kelak sebagai bukti kalau emaknya pernah belajar beginian ^_^

Begitu juga dengan yang lain, seperti belajar tahsin dan tajwid aku tahu belajar ini gak bisa bolong-bolong datangnya, nanti ketinggalan, makanya belajarnya benar-benar, aku prioritaskan belajar ini daripada kegiatan lainnya kenapa begitu prioritas? Karena aku sedang mempelajari cara membaca kalam Rabb-ku. Aku sebagai muslimah harus bisa membaca Al-Quran dengan benar.

Masa aku mati-matian mempelajari partikel tapi gak mau mati-matian mempelajari kalam Rabbku? 

Dan karena ini juga program gratis dari FKI UI ya manfaatkalah sebaik-baiknya :D dan aku juga suka sama ustadzahnya hehe beliau mengajarkan aku akhlak yang sangat mulia bukan dari kata-kata tapi langsung dari perilaku akhlak beliau hafidzahallah dan juga keinginanku mengajari saudara-saudara kaum muslimin lainnya yang belum bisa membaca Al-Quran dengan baik dan benar, kan sebelum aku mengajari aku harus belajar dulu. Nah disini aku pelajari benar-benar supaya kelak bisa kembali ke kampung dan menjadi bermanfaat apa yang telah aku pelajari.

Dan mempelajari Bahasa Arab secara online maupun offline aku sadar bahasa arab ini kaidahnya banyaaaak sekali, gak akan bisa kalau ngga serius, makanya bagaimanapun aku berusaha untuk bisa konsisten mempelajarinya, lagi-lagi memanfaatkan program gratis dan ada yang ngga gratis juga sih sebenarnya.. lewat program bahasa arab BISA yang Ilmu Sharaf untuk Pemula via WA, Durus Ramadhan mempelajari nahwu, Lughatunna di FKI UI (Forum Kajian Islam UI), Durusul Lughah di PESAN (Pesantren Kosan) dan FKI  dan NW (Nyantrend Weekend) juga dulu. Alhamdulillah semua itu kesempatan dan kemudahan dari Allah yang benar-benar harus dimanfaatkan.

Aku prioritaskan juga mempelajari ini, kenapa? Karena bahasa arab adalah bahasa Nabiku, bahasa Al-Quran, bahasa yang indah, bahasa yang membuatku mudah menghafalkan Al-Quran dan perkataan Nabi-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam. Dan satu cita-citaku yang sampai sekarang masih berusaha mencapainya yakni: bisa baca kitab Arabic. Semoga kelak bisa mengganti koleksi kitab-kitab terjemahanku dengan kitab asli versi arabicnya ya… Aamiin. Hem karena itulah aku semangat mempelajari bahasa arab ^^

-Allah memberiku banyak nikmat, harus disyukuri-
Begitu juga dalam mempelajari ilmu syariah lainnya seperti aqidah, fiqh, tahsin, tajwid, bahasa arab, tafsir, dll aku pelajari semuanya sungguh-sungguh ditengah kesibukanku sebagai mahasiswi karena aku bercita-cita ingin menjadi wanita cerdas dan bisa mencerdasakan sekitarku dengan ilmu yang telah aku pelajari. Aku di sini belajar agar kelak kembali ke kampungku untuk bisa mencerdasakan banyak orang. (hem sebenernya kurang sreg pake bahasa "mencerdaskan" kayaknya gimana gitu ya, tapi gpp deh biar greget hehe)

Satu sisi Allah memberiku banyak sekali nikmat. Diantara nikamat-nikmat tersebut adalah:


  • Aku memiliki fisik yang sehat, mampu kesana kemari dengan lincah jauh-dekat untuk pergi ke majelis ilmu, 
  • Allah memberiku waktu untuk menghadiri majelis ilmu dan mempelajari ilmu syar'i, 
  • Allah memberiku bekal cukup (uang), 
  • Allah memberiku nikmat kesempatan mempelajari dengan program-program gratis, 
  • Allah memberiku semangat, 
  • Allah memberiku segala hal yang menunjang (kitab, alat tulis, laptop untuk mencatat faidah dan menyebarkannya, gadget, hp untuk merekam atau mengetahui informasi kajian dll), 
  • Allah memberiku teman-teman yang shalihan yang berorientasi akhirat, Allah memberikanku pengajar (guru/ustadz/ustadzah) yang maa syaa Allah mereka semua hanif  dan luas ilmunya, 
  • Allah meberikanku orang tua yang mendukung kegiatan ngajiku, 
  • Allah berikan itu semua kepadaku yang mungkin orang lain belum tentu diberi itu semua, 
  • Allah memberiku kendaraan yang dengannya aku bisa pergi kesana kemari memudahkan mobilitasku. 
Melihat kenikmatan itu, rasanya tidak ada lagi alasan untuk tidak menuntut ilmu syar'i. Maka cara aku mensyukurinya adalah dengan bersungguh-sungguh menuntut ilmu syar'i. Mempelajari kalam-Nya dan menerjemah ilmu-Nya. Dan cara lain aku mensyukurinya adalah juga dengan membantu teman-taman yang ingin mempelajari ilmu syar'i sebagaimana dulu aku dibantu oleh temanku saat aku baru pertama mengenal dakwah sunnah ini :’)

Bagaimana denganmu? Jika kamu juga memiliki semua nikmat diatas, apalagi alasanmu untuk tidak menuntut ilmu syar'i? Jika hanya terhalang oleh hal-hal yang bersifat keduniawian atau rasa malas saja bisa kita lawan sebenarnya, ingat keutamaan-keutamaan menuntut ilmu..

Tapi... Capek....
Capek? Iya memang capek. Kita pasti merasakan capek. Aku sebenarnya juga capek. Bayangkan menjadi seorang mahasiswi fisika murni di kampus yang tidak sembarangan ini bukan perkara mudah, pelajaran fisika itu susah-susah banget. Ditambah lagi tuntutan IP harus diatas 3 terus. Ditambah harus mempelajari ilmu-ilmu syariah diatas yang telah aku sebutkan. Hafalan ini itu. Tapi bukankah kelelahaan akan hilang sedangkan pahala tetap tertulis? Bukankah ilmu tidak didapat dengan jasad yang santai? Kalau mau bisa ya kudu usaha hehe keluar dari zona nyaman. Ingat syaiton tidak ingin kita semakin dekat dengan Rabb kita maka segala upaya mereka lakukan untuk membuat kita malas lah, merasa gak ada waktulah, merasa mempelajari bahasa arab, tahsin, aqidah dll itu gak pentinglah, ingat segala cara akan syaitan lakukan untuk kita agar kita tidak menuntut ilmu, agar kita semakin bodoh dan semakin mudah mereka membodoh-bodohi kita sehingga akhirnya kita mudah terjerumus dalam perkara dosa karena tidak adanya ilmu. sampai akhirnya menyeret kita ke neraka wal iyyadzubillah.

Jadiii… ayo semangat ^^

Percayalah dengan ini waktumu akan terisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Karena waktu kalau tidak diisi dengan kebaikan pasti dia akan terisi oleh keburukan.

Niatkan karena Allah mencari ridhoNya.. agar menjadi muslimah shalihah dab cerdas yang bisa membanggakan dan menyenangkan hati orang tua..

Ingat, satu senjataku yang paling ampuh: selalu berdoa minta keistiqomahan dalam belajar dan aku selalu minta jangan pernah Allah cabut hidayah ini dari hatiku.

Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat untukmu dan minta tolonglah kepada Allah dan janganlah engkau lemah (HR. Muslim) 

Jangan lupa untuk selalu memurojaah apa yang sudah dipelajari, agar ilmunya semakin melekat.
Segini dulu yah, semoga dapat bermanfaat dan membuatmu kembali bersemangat..

Salah satu yang menjadi prinsip juga adalah: Aku belajar untuk menghilangkan kebodohan pada diri sendiri dan untuk menghilangkan kebodohan pada orang lain :’)

Pesanku: jika kamu belum mendapat teman baik dan shalihah datanglah ke majelis ilmu, mereka dapat kau temukan di sana.. bergaulah dengan mereka sampai menjadi sahabat dekatmu.. berakhlak baiklah ke sesama muslim dan saling tolong menolong dalam kebaikan karena salah satunya dengan itu kamu akan disenangi.

Tulisan ini ada atas kehendak dari Allah, tidak mungkin bisa menulis ini tanpa bantuan Allah…
Tulisan ini ditulis berdasarkan sudut pandang orang pertama yakni penulis sendiri.
Semoga dapat diambil manfaat darinya.
Dan semoga Allah jaga niat penulis dalam menceritakan pengalamannya agar dapat diambil ibrah dari apa yang telah ditulis di atas.
Alhamdulillah selesai :) 
00.15
Di Pesantren Kosan..

Rabu, 29 Juli 2015

Darah yang Meragukan


Fadhilatusy Syaikh ditanya jika kondisi darah yang keluar tersamar, sehingga si wanita tidak bisa membedakan apakah darah tersebut darah haid atau istihadhah atau yang lainnya. Dengan apa penentuannya?

Beliau menjawab:

Pada asalnya darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita adalah darah haid, sampai jelas tanda-tanda yang menunjukan bahwa darah tersebut darah istihadhah. Maka dia memperhitungkan bahwa darah tersebut darah haid selama belum ada kejelasan bahwa darah tersebut darah istihadhah


Disandur dari kitab: Risalah fid-Dimaa ath-Thabi’iyah lin-Nisa (Problema Darah Wanita)
Karya: Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin
Semoga bermanfaat
Barakallahu fiykum. 

Darah yang Meragukan


Fadhilatusy Syaikh ditanya jika kondisi darah yang keluar tersamar, sehingga si wanita tidak bisa membedakan apakah darah tersebut darah haid atau istihadhah atau yang lainnya. Dengan apa penentuannya?

Beliau menjawab:

Pada asalnya darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita adalah darah haid, sampai jelas tanda-tanda yang menunjukan bahwa darah tersebut darah istihadhah. Maka dia memperhitungkan bahwa darah tersebut darah haid selama belum ada kejelasan bahwa darah tersebut darah istihadhah

Disandur dari kitab: Risalah fid-Dimaa ath-Thabi’iyah lin-Nisa (Problema Darah Wanita)
Karya: Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin
Semoga bermanfaat
Barakallahu fiykum. 

Usia Awal Seorang Wanita Mulai Haid




Usia awal wanita mengalami haid adalah sekitar 12-15 tahun. Terkadang seorang wanita mengalami haid sebelum mencapai rentang usia tersebut atau melewati rentang usia tersebut, tergantung pada kondisinya, lingkungannya, dan iklim yang dia tempati.

Para ulama berbeda pendapat tentang batas awal usia terjadinya haid pada seorang wanita serta batas akhirnya., sehingga jika datang darah sebelum batas usia tersebut atau sesudah melewati batas akhir haidnya dianggap sebagai darah penyakit, bukan darah haid.

Al-Imam Ad-Darimi sesudah beliau membawakan khilaf (perbedaan pendapat) dalam perkara ini, beliau berkata:

Semua pendapat ini menurutku salah, karena sandaran penentuan haid kembali kepada terjadi atau tidaknya haid itu pada seorang wanita. Sehingga pada batasan manapun didapat haid itu serta pada keadaan dan usia berapapun terjadinya haid maka wajib dihukui sebagai haid. [1] al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab (1/386)

Pendapat Ad-Darimi ini adalah pendapat yang benar dan merupakan pendapat yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

Kesimpulannya:
Maka kapanpun wanita mendapati darah haid pada dirinya berarti dia sudah mengalami haid walaupun usianya belum mencapai 9 tahun ataupun dia masih mengalaminya ketika usianya melewati 50 tahun.

Asalnya karena Allah dan Rasul-Nya mengaitkan hukum-hukum haid dengan keberadaannya (kapanpun terjadinya). Allah dan Rasul-Nya tidak membatasi haid dengan usia tertentu. Maka yang wajib dalam penentuan haid adalah keberadaan haid itu, yang dengan keberadaannya itulah dikaitkan hukum-hukumnya (atau jadi berlaku hukum-hukum untuk wanita haid)

Adapun penentuan haid dengan usia tertentu adalah perkara yang membutuhkan dalil dari al-Quran dan As-Sunnah, sementara tidak didapati dalil dalam perkara penentuan tersebut.

Disandur dari kitab: Risalah fid-Dimaa ath-Thabi’iyah lin-Nisa (Problema Darah Wanita)
Karya: Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin
Semoga bermanfaat
Barakallahu fiykum.