Meyakini terkabulnya doa
Ketika dihadapkan oleh ketidakmungkinan, saya selalu yakin ada doa
yang bisa menjadi jalan keluar.
Dan yang mengabulkan doa itu adalah Allah, mintalah kepada Allah
apapun inginmu.
Kekuatan doa itu dahsyat. Dan doa juga merupakan ibadah.
Namun diantara kita tentu ada
yang merasakan keraguan dari kekuatan doa, maka mari kita selami perkataan Ibnu Qayyim dalam kitab Fawaidul Fawaid tentang bagaimana kita
harus meyakini terkabulnya doa.
Semoga apa yang ditulis disini memberikan keyakinan kepada para pembaca yang
mungkin sempat meragukan kekuatan doa J
Pertama, mari kita yakini bahwa
semuanya berasal dari Allah
Pilar utama bagi semua kebaikan
adalah menyadari bahwasannya apa-apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan
apa-apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan pernah terjadi. Hal ini wajib
sekali kita imani.
Dengan demikian, kita menjadi
yakin bahwa:
- semua kebaikan semata-mata adalah nikmat dari Allah, dan
- kita akan mensyukurinya, dan
- memohon agar Dia tidak mencabut semua nikmat tersebut.
Dan diwaktu yang sama, kita juga
meyakini bahwa:
- semua keburukan yang selama ini terjadi adalah dikarenakan penelantaran dan hukuman dari Allah, sehingga,
- kita akan memohon kepada-Nya agar diselamatkan dari keburukan itu, dan
- supaya Dia tidak menyerahkan Anda kepada diri Anda sendiri dalam mengerjakan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
Orang-orang ‘Arif yakni orang-orang yang mengenal Allah sepakat menyatakan
bahwa:
Setiap kebaikan pada
dasarnya merupakan taufik dari Allah kepada hamba-Nya, sedangkan
Setiap keburukan
adalah karena Dia menelantarkan hamba-Nya.
Diatas telah disinggung mengenai
taufik, apa makna taufik sebenarnya? Hingga bisa dikatakan bahwa kepadaikan
pada dasarnya merupakan taufik dari Allah?
Berikut adalah makna taufik.
Orang-orang ‘arif juga sepakat
bahwa:
Yang dimaksud taufik (pemeliharaan) Allah ialah Dia
tidak menyerahkan semua urusan Anda kepada diri Anda sendiri.
Adapun penelantaran dari Allah ialah Dia membiarkan Anda mengurusi diri
Anda sendiri.
Jadi, selama pangkal segala
kebaikan adalah taufik –dan ia berada di tangan Allah, bukan di tangan hamba- maka yang menjadi kuncinya adalah berdo’a,
merasa mebutuhkan-Nya, berserah diri kepada-Nya dengan tulus, serta berharap
sekaligus takut kepada-Nya.
Apabila Allah telah memberikan
kunci ini kepada hamba-Nya, berarti Dia ingin membukakan baginya pintu
rahmat-Nya.
Sebaliknya, jika Allah tidak
memberikan kunci ini kepada si hamba, maka pintu kebaikan itu akan senantiasa
terkunci untuknya.
Amirul Mu’minin ‘Umar bin
al-Khathab –rahimahullah- pernah mengungkapkan:
“Sesungguhnya aku tidak
diresahkan oleh terkabul atau tidaknya do’a, tetapi aku diresahkan oleh
keinginan untuk berdo’a itu sendiri. sebab, jika aku telah diilhami (diberi
taufik) untuk berdo’a, maka terkabulnya do’a selalu menyertainya.”
Alhamdulillah sekarang kita telah
tahu apa yang dimaksudkan dengan taufik dan penelantaran dari Allah, lalu
sekarang bagaimana cara kita mendapatkan taufik.
Kata ibnu Qayyim, taufik
diperoleh sesuai dengan niatnya.
Seberapa besar niat, tujuan, dan
keinginan seorang hamba, sebesar itu pula taufik dan pertolongan Allah baginya.
Pertolongan Allah akan diturunkan
kepada para hamba-Nya sesuai kadar semangat, keteguhan, harapan dan rasa takut
mereka kepada Allah.
Demikian pula sebaliknya,
penelantaran Allah akan turun kepada mereka berdasarkan kadar tersebut.
Dia memberikan taufik kepada
orang yang pantas menerimanya, dan mengacuhkan orang-orang yang pantas ditelantarkan;
dan semua itu Dia lakukan atas dasar ilmy dan hikmah-Nya.
Setelah mendapatkan taufik
hendaknya kita bersyukur dan berdo’a
Seseorang akan ditelantarkan
Allah apabila tidak bersyukur, tidak merasa butuh, dan tidak mau berdo;a
kepada-Nya.
Sebaliknya, seseorang akan
mendapatkan taufik atas kehendak dan pertolongan Allah jika ia bersyukur,
benar-benar merasa butuh, dan selalu berdo’a kepada-Nya.
Dan hal terpenting untuk bisa
melakukan itu adalah sabar. Sebab, hubungan antara sabar dan iman itu seperti
kepala dan jasad; apabila kepala sudah dipotong, jasad tidak lagi berarti.
Taufik Allahlah yang mengantarkan
kita pada kebaikan apapun itu, kita dapat menuntut ilmu syari, bersabar,
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, berbakti kepada orang tua
dan seluruh kebaikan lainnya asalnya adalah taufik dari Allah.
Sungguh beruntunglah orang-orang
yang telah mendapatkan taufik dari Allah.
Semoga Allah Jalla wa ‘alaa
senantiasa memeberikan kita taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Sekian, semoga tulisan ini
bermanfaat.
Disandur dari kitab Fawaidul
Fawaid, hal 118-120, Meyakini Tekabulnya Do’a.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar