Rabu, 22 Juli 2015

Meyakini Terkabulnya Do'a



Meyakini terkabulnya doa

Ketika dihadapkan oleh ketidakmungkinan, saya selalu yakin ada doa yang bisa menjadi jalan keluar.
Dan yang mengabulkan doa itu adalah Allah, mintalah kepada Allah apapun inginmu.
Kekuatan doa itu dahsyat. Dan doa juga merupakan ibadah.

Namun diantara kita tentu ada yang merasakan keraguan dari kekuatan doa, maka mari kita selami perkataan Ibnu Qayyim dalam kitab Fawaidul Fawaid tentang bagaimana kita harus meyakini terkabulnya doa. Semoga apa yang ditulis disini memberikan keyakinan kepada para pembaca yang mungkin sempat meragukan kekuatan doa J

Pertama, mari kita yakini bahwa semuanya berasal dari Allah

Pilar utama bagi semua kebaikan adalah menyadari bahwasannya apa-apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan apa-apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan pernah terjadi. Hal ini wajib sekali kita imani.

Dengan demikian, kita menjadi yakin bahwa:
  •  semua kebaikan semata-mata adalah nikmat dari Allah, dan
  •  kita akan mensyukurinya, dan
  •  memohon agar Dia tidak mencabut semua nikmat tersebut.
Dan diwaktu yang sama, kita juga meyakini bahwa:
  • semua keburukan yang selama ini terjadi adalah dikarenakan penelantaran dan hukuman dari Allah, sehingga,
  • kita akan memohon kepada-Nya agar diselamatkan dari keburukan itu, dan
  • supaya Dia tidak menyerahkan Anda kepada diri Anda sendiri dalam mengerjakan kebaikan dan meninggalkan keburukan.

Orang-orang ‘Arif yakni orang-orang yang mengenal Allah sepakat menyatakan bahwa:

Setiap kebaikan pada dasarnya merupakan taufik dari Allah kepada hamba-Nya, sedangkan
Setiap keburukan adalah karena Dia menelantarkan hamba-Nya.

Diatas telah disinggung mengenai taufik, apa makna taufik sebenarnya? Hingga bisa dikatakan bahwa kepadaikan pada dasarnya merupakan taufik dari Allah?

Berikut adalah makna taufik.

Orang-orang ‘arif juga sepakat bahwa:

Yang dimaksud taufik (pemeliharaan) Allah ialah Dia tidak menyerahkan semua urusan Anda kepada diri Anda sendiri.

Adapun penelantaran dari Allah ialah Dia membiarkan Anda mengurusi diri Anda sendiri.

Jadi, selama pangkal segala kebaikan adalah taufik –dan ia berada di tangan Allah, bukan di tangan hamba- maka yang menjadi kuncinya adalah berdo’a, merasa mebutuhkan-Nya, berserah diri kepada-Nya dengan tulus, serta berharap sekaligus takut kepada-Nya.

Apabila Allah telah memberikan kunci ini kepada hamba-Nya, berarti Dia ingin membukakan baginya pintu rahmat-Nya.

Sebaliknya, jika Allah tidak memberikan kunci ini kepada si hamba, maka pintu kebaikan itu akan senantiasa terkunci untuknya.

Amirul Mu’minin ‘Umar bin al-Khathab –rahimahullah- pernah mengungkapkan:
“Sesungguhnya aku tidak diresahkan oleh terkabul atau tidaknya do’a, tetapi aku diresahkan oleh keinginan untuk berdo’a itu sendiri. sebab, jika aku telah diilhami (diberi taufik) untuk berdo’a, maka terkabulnya do’a selalu menyertainya.”

Alhamdulillah sekarang kita telah tahu apa yang dimaksudkan dengan taufik dan penelantaran dari Allah, lalu sekarang bagaimana cara kita mendapatkan taufik.

Kata ibnu Qayyim, taufik diperoleh sesuai dengan niatnya.
Seberapa besar niat, tujuan, dan keinginan seorang hamba, sebesar itu pula taufik dan pertolongan Allah baginya.

Pertolongan Allah akan diturunkan kepada para hamba-Nya sesuai kadar semangat, keteguhan, harapan dan rasa takut mereka kepada Allah.

Demikian pula sebaliknya, penelantaran Allah akan turun kepada mereka berdasarkan kadar tersebut.

Dia memberikan taufik kepada orang yang pantas menerimanya, dan mengacuhkan orang-orang yang pantas ditelantarkan; dan semua itu Dia lakukan atas dasar ilmy dan hikmah-Nya.

Setelah mendapatkan taufik hendaknya kita bersyukur dan berdo’a
Seseorang akan ditelantarkan Allah apabila tidak bersyukur, tidak merasa butuh, dan tidak mau berdo;a kepada-Nya.

Sebaliknya, seseorang akan mendapatkan taufik atas kehendak dan pertolongan Allah jika ia bersyukur, benar-benar merasa butuh, dan selalu berdo’a kepada-Nya.

Dan hal terpenting untuk bisa melakukan itu adalah sabar. Sebab, hubungan antara sabar dan iman itu seperti kepala dan jasad; apabila kepala sudah dipotong, jasad tidak lagi berarti.

Taufik Allahlah yang mengantarkan kita pada kebaikan apapun itu, kita dapat menuntut ilmu syari, bersabar, menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, berbakti kepada orang tua dan seluruh kebaikan lainnya asalnya adalah taufik dari Allah.

Sungguh beruntunglah orang-orang yang telah mendapatkan taufik dari Allah.

Semoga Allah Jalla wa ‘alaa senantiasa memeberikan kita taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Sekian, semoga tulisan ini bermanfaat.

Disandur dari kitab Fawaidul Fawaid, hal 118-120, Meyakini Tekabulnya Do’a.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar